Friday, November 30, 2018
Friday, March 23, 2018
Jalur Sepeda, Apa Itu?
Lajur sepeda di San Francisco |
Sebuah tragedi
selalu memicu reaksi, begitu pula tragedi yang menimpa pesepeda di jalan raya.
Wafatnya Rd. Sandy Syafiek akibat tertabrak kendaraan bermotor juga menimbulkan
berbagai reaksi, salah satunya dari Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno,
yang merencanakan penambahan jalur sepeda di jalan raya DKI Jakarta. Tapi sebelumnya
mari kita kenali lebih jauh tentang jalur sepeda atau lajur sepeda.
Kegiatan bersepeda
pada umumnya terdiri dari kegiatan transportasi, rekreasi, olahraga, dan
kompetisi. Masing-masing kegiatan tersebut mempunyai kebutuhan bersepeda yang
lain, termasuk berkaitan dengan desain jalur sepeda. Sebuah jalur sepeda yang
didesain untuk transportasi didesain berbeda dengan jalur sepeda yang didesain
untuk keperluan olahraga. Demikian pula untuk keperluan rekreasi, atau jalur
khusus kompetisi yang sudah ada patokan dari badan olahraga, baik lokal (ISSI)
maupun internasional (UCI). Sementara dari segi fisik, jalur sepeda terbagi atas
lajur sepeda sejajar, jalur sepeda terpisah, dan jalur sepeda khusus.
Jalur sepeda dengan infrastruktur parkir sebagai barrier di Oakland |
Mayoritas jalur
sepeda di Indonesia dibangun dengan mengecat salah satu lajur jalan menjadi
lajur sepeda. Jalur sepeda ini disebut jalur sepeda sejajar (inline bike lane), jalur ini paling
mudah dibuat walau memberikan perlindungan minimal dari kendaraan bermotor. Beberapa
modifikasi dilakukan di beberapa tempat, misalnya dengan menempatkan pembatas,
mulai dari berbahan beton seperti yang dipasang di San Jose Av., San Fransisco
hingga tonjolan karet yang pernah dipasang di balai kota Kuala Lumpur.
Pendekatan lain adalah menempatkan area pedestrian dan infrastruktur pedestrian
seperti halte bus, bangku taman, di antara lajur sepeda dan jalan raya, mirip
lajur sepeda di jalan Dago pada zaman dahulu, tapi tanpa kontur naik turun yang
menyulitkan pesepeda.
Lajur sepeda dengan pembatas karet di Kualalumpur |
Jalur sepeda jenis
kedua adalah jalur sepeda terpisah atau segregated
bike lane. Jalur ini dibangun terpisah dari jalan raya utama, tapi masih
menghubungkan dua titik yang berbeda. Pendekatan ini mirip seperti yang dilakukan
pemerintah DI Yogyakarta yang mengarahkan lalu lintas bersepeda melalui jalan
lingkungan, yang walaupun masih bersatu dengan kendaraan bermotor warga
setempat namun kecepatannya lebih rendah. Di mana lagi terdapat jalur sepeda
terpisah di Indonesia? Di Bekasi, pemerintah setempat membangun jalur sepeda di
Jalan Banjir Kanal Timur jalur sepeda sepanjang 17 kilometer itu justru banyak
diserobot berbagai pengguna lain seperti kendaraan bermotor dan pedagang kaki
lima.
Jalur sepeda Skylane Suvarnabhumi |
Jenis jalur sepeda
jenis terakhir adalah jalur sepeda khusus atau dedicated bike lane. Jalur ini didesain untuk keperluan olahraga
sepeda sehingga umumnya tidak mempunyai fungsi transportasi dari satu titik ke
titik lainnya. Jalur ini memungkinkan pesepeda memacu kemampuan sepeda mereka,
namun berbeda dengan lintasan sepeda kompetisi seperti Velodrome, jalur sepeda
ini masih memungkinkan perbedaan kecepatan yang besar di antara penggunanya
secara aman. Jalur sepeda jenis ini belum ada di Indonesia, namun beberapa
tempat seperti Bintaro Loop di Jakarta dan Kota Baru Parahyangan bisa menjadi
contoh yang mendekati.
Contoh dedicated bike lane terdekat adalah
jalur sepeda Suvarnabhumi Sky Lane di Bangkok, Thailand. Dengan jalur
terpanjang 23 kilometer mengitari Bandara Suvarnabhumi, jalur ini memiliki
lebar 8 meter sehingga memungkinkan pelaku olahraga sepeda memacu sepeda hingga
kecepatan rata-rata 40 kilometer per jam dan dengan aman melewati pengendara
sepeda lain berkecepatan lebih rendah. Popularitas lintasan ini ditunjukkan
dengan aplikasi Strava yang menunjukkan lintasan ini telah digunakan 640 ribuan
kali sejak pembukaannya tahun 2016, hanya kalah dari tanjakan Doi Suthep di negara
yang sama. Sebagai perbandingan, lintasan terpopuler di Indonesia adalah NHI
Setiabudhi – Grand Hotel Lembang yang baru 15 ribu kali tercatat di aplikasi
tersebut.
Demi efektivitas
pembangunan infrastruktur, berbagai jenis dan peruntukan jalur sepeda ini layak
menjadi pertimbangan. Pembangunan jalur sepeda yang salah sasaran bukan hanya
mubazir, tapi juga bisa menimbulkan bahaya baru. Seperti diungkapkan kolumnis
NY Times, Tom Vanderbilt di bukunya “Traffic”, bahaya dalam lalu lintas bukan
semata akibat kecepatan, tapi lebih banyak akibat perbedaan kecepatan di antar
pengguna jalan.
(Goestarmono)
Friday, March 16, 2018
SRAM E-Tap Eagle, Grupset nirkabel 12 speed
Grupset adalah
kumpulan komponen sepeda terutama yang berkaitan dengan transmisi dan
pengereman. Perang teknologi pada komponen grupset sepeda gunung berlangsung
antara SRAM dan Shimano, dua pemimpin pasar komponen tersebut.
Update: Beberapa gambar tambahan bermunculan saat seri pertama World Cup XC di Stellenbosch, Afrika Selatan
Dalam hal jumlah
tingkat percepatan, SRAM memimpin setelah meluncurkan komponen dengan 12
percepatan, SRAM Eagle tahun 2016. Tapi dalam hal
penggerak, Shimano memiliki teknologi Di2 yang menggantikan tarikan kabel
dengan sinyal elektronik.
Sebuah unggahan di
media sosial instagram dari Nino Schurter mengindikasikan peta persaingan akan
berubah dalam waktu dekat. Akhir Januari pembalap yang disponsori SRAM tersebut
terlihat mengendarai sepeda Scott dengan grupset baru. Tidak terlihat kabel
menjuntai antara derailleur dan shifter. SRAM memang menggunakan protokol
nirkabel untuk meneruskan sinyal elektronik dari input pengendara di shifter
untuk menggerakkan derailleur.
Pengguna Instagram
@werkstatt17_bikeshop mengunggah gambar dua tombol berlogo SRAM dan Eagle
menggantikan posisi shifter di stang sepeda serta derailleur MTB dengan
perangkat receiver dan baterai di bagian belakang seperti derailleur e-Tap dari
jajaran grupset sepeda jalan raya. Konfirmasi bahwa derailleur tersebut adalah
derailleur sepeda gunung, bukan derailleur sepeda jalan raya adalah
terpasangnya sprocket Eagle dengan gir terbesar 50 gigi yang tidak mungkin
dapat dijangkau derailleur jalan raya.
Hingga saat ini
SRAM tidak mengkonfirmasi dugaan tersebut. Selain itu unggahan werkstatt17_bikeshop
dicurigai sebagai hoax, entah dengan photoshop atau kerajinan tangan mekanik
yang kurang kerjaan. Namun secara teknologi penggunaan grupset nirkabel di
grupset sepeda gunung memang memungkinkan.
(Goestarmono)
Update: Beberapa gambar tambahan bermunculan saat seri pertama World Cup XC di Stellenbosch, Afrika Selatan
Update: Beberapa gambar tambahan bermunculan saat seri pertama World Cup XC di Stellenbosch, Afrika Selatan |
Shifter Wireless SRAM Eagle e_Tap? |
Friday, March 9, 2018
Bukan Sekedar Pakai Helm
Hierarki pengendalian resiko |
Memang belum ada pembahasan mendalam tentang pengelolaan bahaya dalam kegiatan sepeda. Untuk itu kita dapat meniru pengelolaan resiko dari kegiatan lain, salah satunya dari kegiatan industri. Di kegiatan industri, US National Institute for Occupational Safety and Health telah merilis lima langkah hierarki pengelolaan bahaya. Urutan langkah sesuai efektivitas yaitu, eliminasi, substitusi, pengendalian rekayasa, pengendalian administratif, hingga penggunaan alat pelindung diri.
Group ride dengan sharing teknik bersepeda |
Substitusi, atau penggantian kegiatan dengan yang tingkat bahaya lebih rendah menjadi langkah selanjutnya. Salah satu contoh adalah adanya jalur alternatif, atau chicken way di rintangan seperti jump atau drop yang memungkinkan pesepeda belum berpengalaman menempuh lintasan dengan aman walaupun menambah waktu tempuh. Untuk kegiatan transportasi, kita bisa memilih melalui jalan lingkungan daripada menambah resiko melewati jalan raya besar bersama kendaraan bermotor berkecepatan tinggi.
Perawatan sepeda mutlak untuk bersepeda yang aman |
Pengendalian administratif, atau mengubah cara suatu kegiatan dilakukan adalah langkah pencegahan kecelakaan yang terakhir. Cara ini dilakukan dengan memperbaiki teknik bersepeda. Di luar negeri sudah banyak dilakukan kelas teknik bersepeda dalam berbagai tingkatan dari pemula hingga tingkat tinggi, demikian pula dengan resor sepeda yang mencantumkan tingkat bahaya suatu lintasan agar aman dilalui pesepeda sesuai tingkatannya tanpa mengurangi sensasi. Bagaimana dengan di Indonesia? Tingkatan lintasan sudah mulai diperkenalkan di beberapa resor sepeda di Bali dan Jawa Timur, sementara untuk pesepedanya, belum ada kelas yang terstruktur di mana pesepeda bisa terus mempelajari teknik bersepeda dengan baik. Akibatnya, masih banyak kecelakaan yang terjadi karena teknik dasar bersepeda belum dikuasai, seperti penggunaan rem belakang yang berlebihan, atau ban belakang yang menggantung saat jumping.
Mau ekstrem tapi aman? Pelajari dari rider yang kompeten |
rekan tersebut.
Seorang pemandu sepeda, Christopher Noel, mengatakan kecelakaan sepeda umumnya bisa dihindari. Biasanya kecelakaan terjadi akibat pesepeda bersepeda melewati batas kemampuannya. Mencoba mengikuti rekan yang tingkat kemampuannya jauh lebih tinggi, melewati lintasan di luar kemampuan, serta ingin terlihat mampu oleh rekan-rekannya adalah alasan sebab paling umum seorang pesepeda melupakan batas kemampuannya.
Pencegahan kecelakaan adalah tanggung jawab kita bersama, demikian pula safety riding bukan hanya sebatas menggunakan helm, tapi juga mencegah kecelakaan sebelum terjadi tanpa mengurangi sensasi bersepeda.
(Goestarmono)
Subscribe to:
Posts (Atom)