Lajur sepeda di San Francisco |
Sebuah tragedi
selalu memicu reaksi, begitu pula tragedi yang menimpa pesepeda di jalan raya.
Wafatnya Rd. Sandy Syafiek akibat tertabrak kendaraan bermotor juga menimbulkan
berbagai reaksi, salah satunya dari Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno,
yang merencanakan penambahan jalur sepeda di jalan raya DKI Jakarta. Tapi sebelumnya
mari kita kenali lebih jauh tentang jalur sepeda atau lajur sepeda.
Kegiatan bersepeda
pada umumnya terdiri dari kegiatan transportasi, rekreasi, olahraga, dan
kompetisi. Masing-masing kegiatan tersebut mempunyai kebutuhan bersepeda yang
lain, termasuk berkaitan dengan desain jalur sepeda. Sebuah jalur sepeda yang
didesain untuk transportasi didesain berbeda dengan jalur sepeda yang didesain
untuk keperluan olahraga. Demikian pula untuk keperluan rekreasi, atau jalur
khusus kompetisi yang sudah ada patokan dari badan olahraga, baik lokal (ISSI)
maupun internasional (UCI). Sementara dari segi fisik, jalur sepeda terbagi atas
lajur sepeda sejajar, jalur sepeda terpisah, dan jalur sepeda khusus.
Jalur sepeda dengan infrastruktur parkir sebagai barrier di Oakland |
Mayoritas jalur
sepeda di Indonesia dibangun dengan mengecat salah satu lajur jalan menjadi
lajur sepeda. Jalur sepeda ini disebut jalur sepeda sejajar (inline bike lane), jalur ini paling
mudah dibuat walau memberikan perlindungan minimal dari kendaraan bermotor. Beberapa
modifikasi dilakukan di beberapa tempat, misalnya dengan menempatkan pembatas,
mulai dari berbahan beton seperti yang dipasang di San Jose Av., San Fransisco
hingga tonjolan karet yang pernah dipasang di balai kota Kuala Lumpur.
Pendekatan lain adalah menempatkan area pedestrian dan infrastruktur pedestrian
seperti halte bus, bangku taman, di antara lajur sepeda dan jalan raya, mirip
lajur sepeda di jalan Dago pada zaman dahulu, tapi tanpa kontur naik turun yang
menyulitkan pesepeda.
Lajur sepeda dengan pembatas karet di Kualalumpur |
Jalur sepeda jenis
kedua adalah jalur sepeda terpisah atau segregated
bike lane. Jalur ini dibangun terpisah dari jalan raya utama, tapi masih
menghubungkan dua titik yang berbeda. Pendekatan ini mirip seperti yang dilakukan
pemerintah DI Yogyakarta yang mengarahkan lalu lintas bersepeda melalui jalan
lingkungan, yang walaupun masih bersatu dengan kendaraan bermotor warga
setempat namun kecepatannya lebih rendah. Di mana lagi terdapat jalur sepeda
terpisah di Indonesia? Di Bekasi, pemerintah setempat membangun jalur sepeda di
Jalan Banjir Kanal Timur jalur sepeda sepanjang 17 kilometer itu justru banyak
diserobot berbagai pengguna lain seperti kendaraan bermotor dan pedagang kaki
lima.
Jalur sepeda Skylane Suvarnabhumi |
Jenis jalur sepeda
jenis terakhir adalah jalur sepeda khusus atau dedicated bike lane. Jalur ini didesain untuk keperluan olahraga
sepeda sehingga umumnya tidak mempunyai fungsi transportasi dari satu titik ke
titik lainnya. Jalur ini memungkinkan pesepeda memacu kemampuan sepeda mereka,
namun berbeda dengan lintasan sepeda kompetisi seperti Velodrome, jalur sepeda
ini masih memungkinkan perbedaan kecepatan yang besar di antara penggunanya
secara aman. Jalur sepeda jenis ini belum ada di Indonesia, namun beberapa
tempat seperti Bintaro Loop di Jakarta dan Kota Baru Parahyangan bisa menjadi
contoh yang mendekati.
Contoh dedicated bike lane terdekat adalah
jalur sepeda Suvarnabhumi Sky Lane di Bangkok, Thailand. Dengan jalur
terpanjang 23 kilometer mengitari Bandara Suvarnabhumi, jalur ini memiliki
lebar 8 meter sehingga memungkinkan pelaku olahraga sepeda memacu sepeda hingga
kecepatan rata-rata 40 kilometer per jam dan dengan aman melewati pengendara
sepeda lain berkecepatan lebih rendah. Popularitas lintasan ini ditunjukkan
dengan aplikasi Strava yang menunjukkan lintasan ini telah digunakan 640 ribuan
kali sejak pembukaannya tahun 2016, hanya kalah dari tanjakan Doi Suthep di negara
yang sama. Sebagai perbandingan, lintasan terpopuler di Indonesia adalah NHI
Setiabudhi – Grand Hotel Lembang yang baru 15 ribu kali tercatat di aplikasi
tersebut.
Demi efektivitas
pembangunan infrastruktur, berbagai jenis dan peruntukan jalur sepeda ini layak
menjadi pertimbangan. Pembangunan jalur sepeda yang salah sasaran bukan hanya
mubazir, tapi juga bisa menimbulkan bahaya baru. Seperti diungkapkan kolumnis
NY Times, Tom Vanderbilt di bukunya “Traffic”, bahaya dalam lalu lintas bukan
semata akibat kecepatan, tapi lebih banyak akibat perbedaan kecepatan di antar
pengguna jalan.
(Goestarmono)