Tim nasional wanita Afghanistan (Guardian) |
Tahukah Anda bahwa Afganistan sebagai negara
yang ketat mengatur kehidupan warganya, terutama wanita, juga memiliki tim
balap sepeda nasional wanita? Saat negara ini masih dikuasai Taliban, wanita dilarang
untuk bersepeda. Akhirnya banyak wanita Afganistan yang tidak bisa bersepeda.
Mariam Marjan, Tim Nasional Wanita Afghanistan (BBC) |
Mariam Marjan adalah asisten pelatih Tim Nasional Wanita Afganistan. Ia bersama dengan sang pelatih, Abdul Sadiq, satu-satunya pembalap profesional Afganistan, memimpin beberapa pembalap wanita seperti Zainab (18), kakak beradik Massouma (18) dan Zarab (17), serta anggota terbaru, Jella (16) bersepeda di jalanan kota Kabul. Jumlah itu cukup banyak, dengan kesulitan untuk mencari anggota baru bagi tim balap sepeda ini.
Bahkan saat Taliban sudah tidak berkuasa lagi,
mereka tetap harus berhadapan dengan tradisi lokal yang masih belum menerima
wanita bersepeda. Walaupun masyarakat tidak lagi melarang secara langsung,
namun ketidak setujuan masih terlihat dari ancaman yang diterima pelatih serta
gangguan di jalanan saat mereka latihan.
Abdul Sadiq, saat melatih Tim Nasional Wanita Afghanistan (Afghan Cycle) |
Selain kesulitan mencari atlet, mereka juga sulit
untuk mempertahankannya. Umumnya wanita Afganistan akan menikah pada usia 20
tahun, dan lebih sulit untuk mendapat izin suami untuk berlatih sepeda.
Perjuangan tim nasional ini mendapat angin
segar saat mereka bertemu dengan organisasi Mountain2mountain dengan pendirinya
Shannon Galpin, seorang ibu kelahiran 1971 dari Amerika Serikat di tahun 2012.
Organisasi yang bekerja untuk memberikan kesempatan dan menyampaikan suara bagi
perempuan dan anak-anak di daerah konflik ini menyambungkan aspirasi tim ke
dunia luar. Berkat perjuangan mereka akhirnya mereka mendapat sponsor, di
antaranya dari salah satu pabrikan sepeda dunia yang menyediakan tim dengan
sepeda yang kompetitif.
Tim Nasional Wanita Afghanistan (Giant Bicycle) |
“Kehidupan merusak semua orang, namun kemudian beberapa
orang menjadi kuat di tempat yang sebelumnya rusak”. Kutipan dari Ernest
Hemmingway itu pas sekali dengan jalan kehidupan Shannon Galpin. Menjadi korban
penyerangan dan pemerkosaan saat berumur 18 tahun tidak menjadikannya hancur.
Bahkan saat saudara perempuannya juga menjadi korban tahun 2002, Shannon
bertekad melakukan sesuatu dan menolak label “korban” bagi orang sepertinya.
November 2006, Shannon, yang biasa mengendarai
sepeda gunung meninggalkan karirnya sebagai pelatih atlet, menjual semua hartanya
dan mendirikan Mountain2mountain. Organisasi ini memulai debutnya dalam proyek
di Nepal dan Pakistan sebelum berpindah ke Afganistan. Pertama bersepeda di Afganistan
pada 2009 untuk mengubah persepsi dunia tentang Afganistan dan kembali lagi
tahun 2010 untuk bersepeda di lembah Panjshir, Shannon mencari pesepeda
perempuan Afganistan tanpa hasil. Hal itu berubah saat ia bertemu dengan tim
nasional Afganistan musim gugur 2012. Saat itu, ia diberitahu bahwa beberapa
anggota tim adalah wanita.
Shannon Galpin dan Tim Nasional Wanita Afghanistan (Bicycling,.com) |
Shannon memang tidak mendirikan tim nasional
sepeda wanita Afganistan. Namun atas bantuannya, tim ini memperoleh sorotan
media. Di antara bantuannya adalah didatangkannya Sarah Menzies dari Let Media
untuk membuat film dokumenter “Afghan Cycles” yang akan diluncurkan tahun 2016.
Penggalangan dana dilakukan di Amerika Serikat dan seluruh dunia hingga
akhirnya tim mempunyai dana yang cukup untuk bertanding di luar negeri.
Sebagai negara dengan prestasi sepeda yang
pas-pasan, organisasi olahraga Afganistan tidak memiliki dana untuk mengirimkan
tim sepeda ke kejuaraan internasional. Mountain2mountain memilih membiayai tim
bukan untuk mencari kemenangan, namun untuk membuktikan kepada dunia bahwa
wanita di Afganistan mempunyai keinginan, hak, dan suara yang sama dengan wanita
di negara lain.
Tim Nasional Wanita Afghanistan (Mountain2mountain) |
Tema Hari Perempuan Internasional 2015 adalah “Empowering Women, Empowering Humanity:
Picture It” (Memberdayakan Perempuan, Memberdayakan Kemanusiaan:
Bayangkanlah). Mariam Marjan, Shannon Galpin dan Mountain2mountain telah berusaha
menjalankan upaya memberdayakan perempuan. Seorang wanita pesepeda gunung yang
membantu wanita lain untuk mewujudkan keinginan mereka.
(Goestarmono, dimuat di Back2boseh Pikiran Rakyat 8 Maret 2015)
Mantap artikelnya om.
ReplyDeleteSaat kita bisa asik dan bebas bersepeda, ternyata di luar sana masih ada yang dihalang-halangi.
Like this ... thanks
ReplyDelete