
Tahapan yang
membagi balap sepeda jenis
Tour membuat para
pembalap bisa beristirahat bersama-sama setelah lomba selesai di masing-masing
harinya. Dalam lomba
ultra marathon perhitungan
waktu tidak berhenti sejak lomba dimulai hingga peserta mencapai garis finish.
Balap ultra marathon pun tidak menutup jalan sehingga lebih mirip dengan
keadaan yang dihadapi pesepeda sehari-hari.

Semangat petualangan yang kurang terakomodasi itulah yang membuat
Mike Hall menyelenggarakan balapan menyeberangi benuanya sendiri. Setelah ia
memecahkan rekor keliling dunia dalam waktu 91 hari di tahun 2012, ia
menyelenggarakan Transcontinental Bike Race, balap sepeda melintasi benua Eropa
di tahun berikutnya. Untuk tahun 2015, Transcontinental Bike Race terselenggara
untuk ketiga kalinya.


Atas dasar itu Mike Hall menempatkan checkpoint di Strada dell’Assietta yang mengharuskan pembalap
melalui jalan berkerikil sepanjang 40 kilometer. Ia juga mengalihkan pembalap
dari jalur pantai Kroasia menuju jalanan terpencil di Balkan dengan menempatkan
checkpoint 3 di Vukovar, Kroasia. Mike
Hall tidak membatasi jenis sepeda yang digunakan, namun pemilihan checkpoint yang ia buat akhirnya
mempengaruhi sepeda yang digunakan peserta. Sepeda ultra ringan yang biasa
digunakan pembalap jenis tour
ditinggalkan peserta untuk sepeda yang lebih kuat dan bisa membawa barang
bawaan.
Untuk tahun ini, juara bertahan dua kali Kristof Allegeart
tidak turut serta. Kemenangan diraih runner up tahun lalu Josh Ibbett dengan
menempuh jarak 4.239 kilometer dalam 9 hari 23 jam dan 54 menit. Kompetisi yang
didominasi oleh Kristof ini membuat Mike Hall berencana membuat pelatihan
turing, terutama dari aspek keteraturan dan efisiensi waktu bagi calon peserta
Transcontinental selanjutnya. Keteraturan dan efisiensi waktu memang dianggap
menjadi kunci kemenangan Kristof Allegeart dalam memenangi Transcontinental
Bike Race.
(Goestarmono)
No comments:
Post a Comment