Peserta Srikandi Inspirasi Bagi Negeri (foto: greeners.co) |
Kegiatan sepeda adalah kegiatan fisik yang
baik dilakukan oleh pria dan wanita. Namun sifatnya yang berada di luar ruangan
dan membutuhkan fisik yang prima mengurangi niat bersepeda banyak kaum hawa.
Perkembangan akhir-akhir ini berkata sebaliknya. Semakin banyak kaum wanita
yang bersepeda, baik dalam kegiatan kompetitif, petualangan, rekreasi, atau
utilitas transportasi sehari-hari.
Pembicaraan sepeda dan wanita di Indonesia
banyak dikaitkan dengan kegiatan Srikandi Inspirasi Bagi Negeri yang digagas Bike
2 Work Indonesia. Kegiatan yang mulai dilakukan tahun 2011 ini menghadirkan
pesepeda wanita yang melakukan perjalanan ratusan kilometer menjelajahi
indahnya pemandangan Indonesia.
Aristi Prajwalita saat bersepeda keliling Eropa (dok. Aristi) |
Selain kegiatan, individu wanita pesepeda di
Indonesia juga banyak dikenal luas. Dalam kompetisi sepeda, nama seperti
Nurhayati dan Risa Suseanty dikenal sebagai atlet berprestasi yang tak segan
membagi ilmunya kepada sesama pesepeda, terutama pesepeda wanita. Dalam
kegiatan petualangan, Aristi Prajwalita, seorang dokter yang telah melanglang
buana di berbagai benua juga sudah dikenal di kalangan penghobi turing
bersepeda.
Bagaimana dengan di dunia internasional?
Memang di negara maju pesepeda wanita bukanlah pemandangan yang aneh. Sebagai
pelaju (commuter), wanita di Belanda,
Jerman, dan negara Eropa lainnya membanjiri jalanan dengan sepedanya. Di Jepang
bahkan dikenal jenis sepeda mamachari,
atau sepeda para ibu. Mamachari
adalah sepeda dengan profil rendah dengan kemampuan membawa barang yang baik.
Bukan pemandangan aneh seorang ibu membawa belanjaan dan anaknya di kursi mamachari di Jepang. Terkadang dua orang
anak sekaligus dibawa tanpa kesulitan berarti dan sepeda tetap dikendarai
dengan stabil tanpa membahayakan mereka dan pengguna jalan lain.
Di negara maju juga sudah tidak terhitung
wanita yang berstatus legenda balap sepeda seperti Jeannie Longo dan Marianne
Vos untuk balap sepeda jalan raya, atau Juliana Furtado dan Anne-Caroline
Chausson untuk sepeda gunung.
Juliana Buhring, wanita pertama yang bersepeda mengelilingi dunia |
Bagaimana dengan kiprah wanita dalam sepeda
petualangan? Untuk hal ini kisah Juliana Buhring dapat diangkat. Dalam bukunya “Not Without My Sister” , Juliana
menceritakan tentang kehidupan masa kecilnya yang ditinggalkan orang tuanya
dalam sebuah sekte keagamaan. Petualangan bersepedanya diawali saat ia berusaha
mengumpulkan dana untuk Safe Passage Foundation, yayasan yang ia ikuti untuk
membantu anak-anak yang lahir dan dibesarkan di sekte keagamaan, kelompok
terisolasi, atau berpaham ekstrem. Memulai perjalanannya di Napoli, ia menempuh
perjalanan 29.000 kilometer dalam 152 hari, yang membuatnya menjadi pesepeda
wanita pertama yang mengelilingi dunia menurut Guiness Book of Record. Perjalanan
ini ia tuangkan dalam buku “This Road I
Ride”. Setelah menyelesaikan perjalanan keliling dunia, ia mengikuti lomba Transcontinental di Eropa, dan Trans Am di Amerika. Keduanya adalah
lomba melintasi benua secara mandiri tanpa dukungan selain yang dapat dibawa atau
dibeli oleh masing-masing pembalap.
Maria Leijerstam, orang pertama bersepeda ke Kutub Selatan |
Prestasi lain juga dicatat oleh Maria
Leijerstam, seorang wanita Wales. Di akhir tahun 2013 ia menjadi orang pertama
yang mencapai kutub selatan dengan sepeda. Dalam pencapaian prestasinya itu, ia
mengalahkan beberapa pria yang juga mencoba melakukan hal yang sama. Saat ini
ia memimpin perusahaan petualangan di Wales, negara asalnya.
Di negara berkembang, memang belum banyak
tokoh pesepeda wanita. Bahkan di beberapa negara, wanita masih tabu untuk
bepergian sendiri, apapun sarana transportasinya. Shannon Galpin, seorang
Amerika Serikat yang selamat dari tindak kekerasan seksual saat ini berjuang
untuk membuka mata dunia melalui organisasinya, Mountain2Mountain.
Perjuangannya mendorong wanita di Afghanistan untuk bersepeda, termasuk
mendukung tim nasional wanita Afghanistan yang ia ceritakan melalui sebuah film
pendek, Afghan Cycle. Ia bahkan
dinominasikan sebagai pemenang Nobel Perdamaian tahun 2016 ini.
Shannon Galpin (foto: Tony Di Zinno) |
Itu dari sisi pengguna sepeda. Bagaimana
dengan industri sepeda sendiri? Banyak pabrikan sepeda membuat satu lini khusus
untuk produk yang dikembangkan untuk wanita, bahkan beberapa merk dibuat
terpisah dari merk induknya seperti Liv untuk produk wanita dari Giant dan
Juliana dari Santa Cruz. Di balik produk-produk tersebut, para wanita juga
menyumbangkan buah pemikiran untuk kesuksesannya, dari mulai jajaran atas
manajemen seperti Elisa Walk dari Liv, perekayasa kunci seperti Mio Suzuki,
Perekayasa Analis Aerodinamika Trek, hingga pemasar dan berbagai peran lainnya
di industri sepeda sudah banyak diisi kaum wanita. Bahkan saat QBP, salah satu
distributor sepeda di Amerika Serikat membuka kursus untuk mekanik sepeda
wanita, tidak kurang dari 300 calon peserta mendaftar dari seluruh Amerika
Serikat.
Mamachari, sepeda khas Jepang |
Memang dunia sepeda menawarkan kesetaraan di
antara penggunanya. Salah satu kesetaraan yang dimaksud juga termasuk
kesetaraan gender
(Goestarmono)
No comments:
Post a Comment