Friday, August 28, 2015

Laos Mendorong Penggunaan Sepeda Dan Tuk-Tuk Listrik

Presiden Haier Asia, Yoshiaki Ito, dan prototipe sepeda listrik di Vientiane
Sepeda motor dan kendaraan roda tiga bertenaga listrik semakin populer di Laos, memanfaatkan sumber listrik yang berlimpah di negara Asia Tenggara itu.

Produsen Cina, Haier, menunjukkan prototipe sepeda motor bertenaga listriknya dalam sebuah acara. Perusahaan itu berencana meluncurkan produknya akhir tahun ini dengan target penjualan 3.000 unit tahun depan. Saat ini, produk tersebut masih dibuat di Jepang, namun mereka berencana membuatnya di Laos.

Negara yang kaya listrik ini menawarkan peluang bisnis yang besar, ungkap Presiden Haier Asia Yoshiaki Ito sambil duduk di atas sepeda listrik berlogo Haier. Perusahaan ini telah mengembangkan kendaraan bersama Kementrian Sains dan Teknologi Laos. Sebuah perusahaan startup Jepang, G-Wheel juga memberikan dukungan teknologi.

Pengisian daya membutuhkan waktu delapan jam untuk menempuh 80 kilometer. Harga saat ini belum ditetapkan, namun Ito mengatakan, Haier mencoba untuk menjaga harganya setara dengan sepeda bertenaga bensin.

Kota wisata di utara Laos, Luang Prabang berusaha sekuat tenaga untuk memperkenalkan kendaraan beroda tiga bertenaga listrik. Kota yang mendapat predikat World Heritage Site oleh PBB ini beralih menggunakan tenaga listrik dari bensin. Kepala kantor transportasi lokal berharap usaha itu dapat mengurangi emisi karbon untuk melindungi situs warisan dunia ini.

Japan International Cooperation Agency telah memberikan 14 tuktuk listrik beroda tiga yang dibuat oleh berbagai perusahaan, termasuk Prozza, yang berbasis di Prefektur Aichi, Jepang. Kendaraan itu akan berjalan dengan trayek tetap untuk mengangkut wisatawan.

Harga listrik di Laos hanya setengah dari Thailand atau Indonesia. Anjlok dalam neraca perdagangan dengan negara lain, Laos berusaha mengurangi impor minyak dan sumber daya lainnya dengan mempromosikan kendaraan listrik untuk mempergunakan sumber energi lokalnya.

(Tamaki Kyozuka)


Dipublikasikan di Nikkei Asia alih bahasa oleh Goestarmono

Friday, August 21, 2015

Formula E, Balap Mobil Ramah Lingkungan

Formula E
Penggemar olahraga bermotor sudah tidak asing dengan nama Alain Prost, Nick Heidfeld, dan Michael Andretti. Selain nama-nama tokoh itu juga, nama perusahaan seperti Renault, Williams, dan McLaren juga sudah tak asing lagi. Nama-nama itu biasanya terlibat dalam balap mobil terutama Formula 1. Ajang jet darat dengan mesin meraung itu telah membesarkan nama mereka.

Tapi ada yang berbeda di musim balap 2014-2015 ini. Di musim yang baru berakhir 28 Juni 2015 lalu, nama-nama itu terlibat dalam kompetisi balap mobil ini jenis baru, Formula E. Berbeda dengan Formula 1, Formula E adalah balapan mobil yang digerakkan dengan listrik. Raungan mesin pembakaran internal digantikan dengan bunyi motor listrik yang lebih senyap. Minimnya kebisingan membuat balapan ini dapat diselenggarakan di kota, dekat dengan pemukiman penduduk.

Saat ini Formula 1 memang sedang mengalami masalah dengan berkurangnya penonton. Jauhnya sirkuit dari kota menjadi salah satu penyebabnya. Selain itu juga kemacetan dan mahalnya harga bahan bakar membuat generasi muda kurang melihat kaitan antara Formula 1 dan kehidupan sehari-hari mereka.

Berbeda dengan Formula 1, kebisingan motor listrik Formula E hanya 80 desibel, sedikit lebih bising dari mobil biasa, dan jauh lebih senyap dari suara mesin Formula 1 yang bisa mencapai 150 desibel. Kebisingan yang rendah ini membuat Formula E bisa diselenggarakan di kota, dekat dengan pemukiman penduduk.

Di musim pertamanya, Formula E menggunakan sirkuit kota di seluruh serinya, dari mulai Beijing, Buenos Aires, Monte Carlo, hingga London. Bahkan negara tetangga, Malaysia mengadakan satu seri di ibukota negara, Putrajaya. Diadakannya lomba di dalam kota menarik warga karena tidak membuang waktu banyak untuk pergi ke sirkuit untuk menonton balapan.

Di musim pertamanya Formula E menggunakan mobil balap yang dibangun oleh Spark. Mobil ini menggunakan sasis yang didesain Dallara, motor listrik McLaren, baterai Williams, transmisi lima percepatan dari Hewland, dan ban dari Michelin. Untuk mengisi daya baterai digunakan generator yang berbahan bakar gliserin. Setelah sukses dengan musim pertamanya, di musim kedua, Formula E membuka peluang tim untuk mengembangkan beberapa komponen sendiri, seperti motor listrik, inverter, girboks, dan sistem pendingin.

Keterlibatan tim balap dengan dana riset raksasa ini tentu mendorong kemajuan teknologi yang dapat digunakan untuk transportasi ramah lingkungan. Saat ini, keterbatasan teknologi, terutama pada baterai masih menghambat penggunaan kendaraan listrik secara massal.

Keterbatasan ini juga dialami mobil Formula E. Keterbatasan baterai membuat pembalap Formula E mengganti mobilnya saat melakukan pit stop. Saat ini teknologi isi ulang baterai masih belum cukup cepat untuk keperluan lomba, sementara untuk melakukan penggantian baterai dengan daya 28 kWh berbahaya jika dilakukan dengan terburu-buru. Penggantian mobil belum tentu berdampak buruk bagi Formula E, beberapa penggemar ternyata menyukai penggantian mobil dalam lomba Formula E.

Isu pemanasan global dan menipisnya cadangan minyak bumi memaksa kita untuk memikirkan opsi lain dari transportasi yang kita gunakan. Formula E dengan dukungan penelitian dan tim yang ikut serta bisa menjadi lokomotif pengembangan hal itu.


(Goestarmono, dimuat di Greeners.co, 6 Juli 2015)

Friday, August 14, 2015

Marzocchi

Komponen peredam guncangan atau suspensi sudah menjadi identitas dari sepeda gunung. Salah satu produsen awal suspensi untuk sepeda adalah Marzocchi. Berbeda dengan pionir suspensi sepeda lain seperti Rockshox, Manitou, atau RST, yang merupakan perusahaan baru, Marzocchi adalah produsen suspensi otomotif yang membuat suspensi sepeda. Ini baru diikuti oleh Fox Suspension di pertengahan dekade 2000-an.

Sejarah Marzocchi dimulai tahun 1949 di via Zannoni, Bologna, Italia. Di tahun itu kakak beradik 
Stefano dan Guglielmo Marzocchi memproduksi suspensi sepeda motor di ruang bawah tanah rumah mereka. Setelah sebelumnya mereka bekerja sebagai desainer sepeda motor, mereka memutuskan untuk mendirikan  Marzocchi dan lebih fokus kepada bisnis pompa hidrolik untuk industri dan suspensi sepeda motor.

Marzocchi STAR, platform pertama Marzocchi
Dalam perjalanannya, Marzocchi menjadi produsen komponen orisinil untuk sepeda motor Ducati, BMW, Cagiva, KTM, dan Aprilia. Selain menjadi produsen komponen orisinil, Marzocchi juga terjun ke dalam dunia kompetisi. Marzocchi adalah suspensi yang digunakan legenda balap motor, Giacomo Agostini. Marzocchi juga suspensi yang banyak digunakan dalam ajang reli Paris-Dakar, selain juga digunakan oleh tim Formula 1 Ferrari di tahun 1980-an.

Kiprah Marzocchi dimulai di awal sejarah penggunaan suspensi sepeda. Di tahun 1989, saat Paul Turner meluncurkan produknya Rockshox RS-1, salah satu distributor Marzocchi memperlihatkan produk tersebut pada Andrea Pierantoni, direktur pemasaran Marzocchi. Tahun itu juga, dengan kemampuan produksi Marzocchi, diluncurkan garpu suspensi pertama, Marzocchi STAR. Garpu tersebut menggunakan pegas angin dan peredam oli.

Marzocchi RAC
Desain STAR tidak bertahan lama dan digantikan dengan seri XC, mulai dari XC51 hingga XC700, masih dengan pegas angin dan peredaman oli, namun dengan bentuk slider yang tirus.
Tahun 1997, Marzocchi meluncurkan seri Bomber. Seri ini menggunakan teknologi suspensi yang biasa digunakan sepeda motor masa itu, dan menjadi dasar garpu suspensi sepeda modern. Teknologi itu adalah penggunaan pegas ulir. Seri ini juga menawarkan jarak main suspensi 100 mm saat suspensi sepeda lain masih berkutat di jarak main suspensi 30-50 mm.

Marzocchi Super Monster, garpu downhill terbesar yang pernah diproduksi massal
Di tahun 2000, Marzocchi membuat garpu suspensi pertama dari bahan serat karbon. Marzocchi RAC dibuat karena keluhan konsumen atas beratnya garpu cross country Marzocchi. Namun harga dari suspensi dengan desain upside down yang terlalu mahal membuat seri ini digantikan seri Marathon yang memulai debutnya di Olimpiade 2000.

Kekuatan Marzocchi adalah dalam disiplin sepeda gunung gravitasi seperti downhill dan freeride. Garpu Marzocchi menempel di sepeda yang digunakan hucker yang banyak melakukan aksinya di awal milenia ini. Salah satu produk mereka, Monster T dengan jarak main 300 mm, lebih tinggi dari yang umum digunakan saat ini yaitu 200 mm.

Suspensi yang kekar itu digunakan untuk melakukan hucking atau terjun bebas dengan ketinggian hingga 18 meter. Pertengahan dekade 2000-an memang puncak dari kekuatan sepeda, berbarengan dengan perpindahan tren sepeda downhill, dari kecepatan menjadi vertical drop, sebelum akhirnya gabungan keduanya seperti yang terlihat sekarang. Untuk keperluan balap downhill, Marzocchi mengandalkan Shiver dan penerusnya, 888.

Marzocchi juga suspensi yang banyak digunakan pesepeda gunung Kanada, mulai dari pembalap cross country seperti Alison Sydor, pemegang medali perak olimpiade, hingga freerider seperti Wade Simmons saat kiblat sepeda gunung mulai bergeser ke sana.

Marzocchi juga tidak pernah membuat kesalahan dengan membuat garpu suspensi dengan pegas karet, kekeliruan yang dilakukan oleh semua pabrikan suspensi sepeda di dekade 1990-an, saat teknologi suspensi sepeda masih mencari bentuknya.


Tahun 2008, Marzocchi diakuisisi Tenneco, produsen suku cadang otomotif yang juga memiliki beberapa merk suspensi seperti Monroe dan Rancho. Kesulitan ekonomi dan kurang optimalnya manajemen membuat Tenneco  saat ini berniat menjual Marzocchi kembali.

(Goestarmono, dimuat di Back2Boseh Pikiran Rakyat, 26 Juli 1025)