Friday, October 23, 2015

Tesla Model X, SUV Canggih Ramah Lingkungan

Walaupun kiprah mobil ramah lingkungan bertenaga listrik di Indonesia masih terseok-seok, namun pengembangan di negara lain menarik untuk dicermati. Di Amerika Serikat, CEO Tesla, Elon Musk secara agresif terus mengembangkan mobil listrik dengan inovasi yang  belum terbayangkan oleh masyarakat otomotif sebelumnya.

Tanggal 29 September 2015 lalu, Elon meluncurkan Model X, model baru dari Tesla Motors. Setelah meluncurkan mobil berjenis roadster, sedan melalui model S nya, model X ini berjenis SUV (sport utility vehicle), jenis yang populer di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Tidak cuma melalui penggunaan energi listrik, mobil yang menunjukkan pencapaian desain dan manufaktur Tesla ini juga didesain dengan inovasi yang juga dapat diaplikasikan pada mobil konvensional. Inovasi desain kursi baris kedua yang bertiang satu memungkinkan penyimpanan barang bawaan di bawah kursi seperti di pesawat terbang.

Inovasi lain yang menarik adalah penggunaan pintu belakang berbentuk sayap camar dengan konfigurasi baru. Desain pintu ini memungkinkan akses pada kursi penumpang baris kedua dan ketiga, serta akses masuk di tempat sempit secara lebih baik. Dalam acara peluncuran tersebut Elon memperagakan keunggulan dari pintu khas Model X ini, seperti penggunaan kursi bayi, akses ke pintu baris ketiga, dan lain-lain.

Absennya motor bakar dari produk Tesla juga membuat Tesla bisa menambah bagasi di tempat yang sebelumnya menjadi tempat motor bakar di mobil konvensional. Keunggulan lain dari mobil listrik adalah keamanan pengendara saat terjadi kecelakaan. Tanpa adanya motor bakar, ruang yang ada dapat diperkuat dan didesain untuk menyerap tumbukan saat kecelakaan, mengurangi fatalitas kepada penumpang.

Pengguna Model X di Amerika Serikat juga bisa bergabung dengan pengguna Tesla lainnya untuk memanfaatkan instalasi Tesla Supercharger. Instalasi pengisi baterai mobil Tesla ini memperoleh daya dari panel surya yang disalurkan sehingga bisa mengisi daya listrik mobil dalam beberapa menit saja. Berlokasi di dekat pusat perbelanjaan, restoran, hotel, dan tempat strategis lainnya, penggunaan Supercharger memungkinkan pengguna Tesla berkendara secara gratis. Untuk perjalanan jauh, kemampuan jelajah Model X pun tidak bisa dianggap remeh. Dengan baterai 85 kWh yang terisi penuh, mobil ini bisa melaju hingga 426 kilometer.

Satu lagi fasilitas yang disematkan di Model X adalah penggunaan penyaring udara HEPA yang bisa menyaring debu, partikulat, bahkan bakteri, zat alergen, dan virus. Penyaring ini membuat penumpang Tesla Model X tetap segar sepanjang perjalanan.

Memang Model X ini berperan menunjukkan kemampuan rekayasa Tesla Motors. Untuk segala keunggulan ini harga Model X tidak murah, di Amerika Serikat, mobil yang bisa melaju dari 0 sampai 100 mil per jam dalam 3,2 detik ini dijual seharga US$ 132.000 atau sekitar 1,9 milyar rupiah.
Salah satu misi Tesla adalah mempopulerkan penggunaan mobil listrik. Dengan harga setinggi itu, maksud Tesla untuk mempopulerkan mobil listrik akan terkendala harga. Untuk itu, saat ini Tesla sedang mengembangkan Tesla Model E, atau Model 3 jika Ford memenangkan hak atas nama tipe tersebut. Mobil yang diprediksi akan berharga sekitar US$ 35.000 atau 500 juta rupiah ini akan diluncurkan bulan Maret 2016.

Selain menjual model produknya sendiri, Tesla juga membuat sistem penggerak untuk pabrikan lain. Beberapa tipe mobil yang menggunakan penggerak Tesla adalah Smart ForTwo, Toyota RAV EV, dan van Freightliner.


(Goestarmono)



Friday, September 18, 2015

Touring Cepat Gaya Josh Ibbett

Berbeda dengan lomba sepeda yang lain, Transcontinental Bike Race mengharuskan peserta untuk membalap tanpa dukungan dari pihak luar sama sekali. Semua perlengkapan yang digunakan harus dibawa peserta atau dibeli di sepanjang perjalanan. Aturan lomba seperti ini membuat pesepeda lain dapat meniru peralatan yang digunakan peserta untuk kegiatan bersepedanya.

Tahun ini juara bertahan dua kali Kristof Allegeart tidak turut serta, runner up tahun lalu Josh Ibbett, yang juga brand manager Hunt Wheels menjuarai event balapan melintasi benua Eropa. Ia menempuh jarak 4.239 kilometer dalam 9 hari 23 jam dan 54 menit.

Dalam menempuh jarak lomba tersebut, Josh membawa perlengkapannya sendiri tanpa mobil pendukung. Bagaimana Josh melakukan perjalanan yang cukup panjang itu secara mandiri namun tetap mempertahankan kecepatan yang cukup tinggi? Bagaimana Josh membangun sepedanya secara efisien setelah tahun lalu ia mempelajari beberapa hal yang bisa diperbaikinya hingga memenangi lomba ini?

Sepeda yang digunakan Josh dibangun dari rangka sepeda Mason Definition keluaran Mason Cycle. Mason Cycle memang baru berumur setahun, setelah sebelumnya Dominique Mason bekerja sebagai brand manager pabrikan sepeda lain. Terbuat dari Aluminum dan garpu serat karbon, rangka sepeda ini hanya bisa menggunakan rem cakram. Tahun lalu Josh menggunakan rem kaliper namun cuaca buruk membuat Josh sering mengganti kampas rem, serta kabel yang macet membuat tangannya lelah. Penggunaan rem cakram juga membuat ia dapat menggunakan ban tubeless Schwalbe One berukuran 28 milimeter. Ban tubeless berukuran relatif besar diperlukan mengingat Josh harus melintasi jalan berkerikil di Strada dell’Assietta serta jalan yang masih buruk di Albania dan Bulgaria.

Kelelahan juga membuat Josh memilih menggunakan transmisi elektronik Shimano Ultegra Di2. Tahun lalu ia menggunakan transmisi mekanik, namun putusnya kabel shifter membuatnya tidak dapat memindahkan rasio giginya dari Albania hingga Turki. Rasio gigi yang digunakan adalah gir 52/36 dan cassette 12-25, yang cukup berat bagi pesepeda umum, namun diperlukan agar kecepatan Josh tidak turun drastis saat menjumpai tanjakan.

Komponen lain yang digunakan adalah komponen orisinil sepeda Mason yang terbuat dari Aluminum, kecuali seatpost yang terbuat dari serat karbon. Josh memilih menggunakan Aluminum, karena jalan yang dilalui tidak semuanya baik, serta kelelahan dalam melintasi benua Eropa membuatnya banyak menjatuhkan sepeda ke lantai yang akan menyebabkan gesekan dan mengurangi kekuatan komponen serat karbon. Penggunaan serat karbon pada seatpost mengurangi getaran jalan lebih baik.

Saat berlomba dalam jarak ribuan kilometer, kenyamanan adalah prioritas utama. Josh membangun sepedanya dengan memasang sadel dan stang khusus time trial untuk mendapatkan posisi bersepeda time trial. Walaupun ada beberapa tanjakan yang berat, termasuk Gunung Ventoux, mayoritas perjalanan menembus benua Eropa adalah melintasi jalanan datar dan sering melawan arah angin.
Kebutuhan daya listrik untuk penggunaan alat navigasi dan lampu untuk perjalanan malam juga harus diatur dengan baik. Jika tahun lalu ia menggunakan hub dinamo, tahun ini menggunakan hub biasa. Gawai yang paling menyedot listrik adalah peralatan navigasi GPS, tahun ini ia menggunakan alat navigasi yang menggunakan baterai AA. Untuk perjalanan malam ia menggunakan lampu Exposure Toro, digunakan dalam daya paling rendah membuatnya bisa bertahan 9 malam. Pengisian ulang daya listrik dilakukan saat Josh beristirahat makan dan tidur, memanfaatkan pasokan listrik di cafe yang ia datangi.

Josh tidak membawa banyak peralatan akomodasi. Bagaimanapun Transcontinental adalah sebuah balapan, sehingga ia hanya membawa sikat dan pasta gigi dalam perjalanan ini. Ia hanya membawa sleeping bag untuk tidur, dengan anggapan jika ia berusaha cukup keras dan cukup lelah, maka ia tidak akan menemui kesulitan untuk tidur di manapun.

Untuk peralatan perbaikan sepeda ia membawa peralatan standar seperti mini pump, multi tool, dan penambal ban, termasuk juga charger untuk gawai dan transmisi elektronik.

Semua peralatan itu ia bawa dalam tas rangka sepeda. Badan Josh yang tinggi membuatnya dapat menggunakan tas rangka berukuran besar di rangka sepedanya. Besarnya tas keluaran Miss Grape dari Italia ini membuat semua bawaannya bisa masuk ke dalam tas rangka ini.

Pengaturan seperti yang dilakukan Josh Ibbett dalam mengikuti Transcontinental Bike Race ini mungkin cocok sebagai alternatif kegiatan turing sepeda. Dengan sepeda yang lebih ringan dan lebih nyaman, setidaknya bisa menyingkat perjalanan turing sepeda atau memperjauh penjelajahan bersepeda.

(Goestarmono)

Friday, September 11, 2015

Transcontinental Bike Race

Apa jadinya jika kegiatan turing sepeda disandingkan dengan kegiatan kompetisi? Boleh disebut event tersebut menjadi kompetisi balap sepeda ultra marathon.

Tahapan yang membagi balap sepeda jenis Tour membuat para pembalap bisa beristirahat bersama-sama setelah lomba selesai di masing-masing harinya. Dalam lomba ultra marathon perhitungan waktu tidak berhenti sejak lomba dimulai hingga peserta mencapai garis finish. Balap ultra marathon pun tidak menutup jalan sehingga lebih mirip dengan keadaan yang dihadapi pesepeda sehari-hari.

Salah satu event ultra marathon yang terkenal adalah RAAM (Race across America), yang telah berlangsung melintasi benua Amerika sejak tahun 1982. Namun esensi bersepeda mandiri agak berkurang karena peserta RAAM diharuskan menggunakan mobil pendukung (support car) yang mengikuti mereka untuk menyediakan fasilitas logistik dan akomodasi pesepeda.

Semangat petualangan yang kurang terakomodasi itulah yang membuat Mike Hall menyelenggarakan balapan menyeberangi benuanya sendiri. Setelah ia memecahkan rekor keliling dunia dalam waktu 91 hari di tahun 2012, ia menyelenggarakan Transcontinental Bike Race, balap sepeda melintasi benua Eropa di tahun berikutnya. Untuk tahun 2015, Transcontinental Bike Race terselenggara untuk ketiga kalinya.

Berbeda dengan RAAM, Transcontinental Bike Race tidak mempunyai rute baku, hanya ada check point yang harus dilewati peserta. Untuk tahun 2015, setelah start yang dilakukan di Muur van Geraardbergen, Belgia tanggal 24 Juli, peserta diberi waktu 15 hari untuk melewati Gunung Ventoux (Perancis), Strada dell’Assietta (perbatasan Italia-Perancis), Vukovar (Kroasia), dan Gunung Lovcen (Montenegro) sebelum finish di Bosphorus, Turki.

Perbedaan lain dari RAAM adalah tidak diperbolehkannya penggunaan mobil pendukung, seluruh peserta hanya boleh menggunakan apa yang dibawa dan yang bisa dibeli di perjalanan. Mike Hall menginginkan Transcontinental Bike Race dimenangkan oleh peserta yang siap bertualang, dengan perjalanan yang bisa dilakukan oleh pesepeda pada umumnya. Event ini juga jadi ujian ketahanan peralatan sepeda selain atletnya.

Atas dasar itu Mike Hall menempatkan checkpoint di Strada dell’Assietta yang mengharuskan pembalap melalui jalan berkerikil sepanjang 40 kilometer. Ia juga mengalihkan pembalap dari jalur pantai Kroasia menuju jalanan terpencil di Balkan dengan menempatkan checkpoint 3 di Vukovar, Kroasia. Mike Hall tidak membatasi jenis sepeda yang digunakan, namun pemilihan checkpoint yang ia buat akhirnya mempengaruhi sepeda yang digunakan peserta. Sepeda ultra ringan yang biasa digunakan pembalap jenis tour ditinggalkan peserta untuk sepeda yang lebih kuat dan bisa membawa barang bawaan.

Untuk tahun ini, juara bertahan dua kali Kristof Allegeart tidak turut serta. Kemenangan diraih runner up tahun lalu Josh Ibbett dengan menempuh jarak 4.239 kilometer dalam 9 hari 23 jam dan 54 menit. Kompetisi yang didominasi oleh Kristof ini membuat Mike Hall berencana membuat pelatihan turing, terutama dari aspek keteraturan dan efisiensi waktu bagi calon peserta Transcontinental selanjutnya. Keteraturan dan efisiensi waktu memang dianggap menjadi kunci kemenangan Kristof Allegeart dalam memenangi Transcontinental Bike Race.


(Goestarmono)

Friday, September 4, 2015

Perjalanan 150 Kilometer dalam Sehari

Perjalanan jarak jauh menjadi salah satu kegiatan yang banyak dilakukan pesepeda saat ini. Bulan Agustus ini salah satu media sosial melakukan tantangan bersepeda sejauh 150 kilometer. Tantangan itu, dan kepenasaranan atas tanjakan Monteng di kawasan Gunung Guntur yang memiliki kemiringan rata-rata 13% membuat saya mencoba bersepeda menuju Garut via Monteng di perbatasan Kabupaten Bandung dan Garut.

Berangkat dari rumah pukul 9:00 WIB di Buahbatu, perjalanan diarahkan menuju Cicalengka melalui Jalan Raya Timur Cicalengka. Seperti biasa kemacetan mewarnai perjalanan di Jalan Soekarno-Hatta. Sengaja saya melalui jalur lambat yang memang seharusnya dilintasi pesepeda. Selain menjaga ketertiban lalu lintas, saya juga tidak ingin terintimidasi oleh kecepatan tinggi mobil dan kendaraan besar lainnya yang melaju di jalur cepat. Konsekuensi dari pilihan itu memang beberapa kali saya terpaksa menekan tuas rem untuk menghindari sepeda motor yang berjalan lambat.

Kemacetan terasa mengganggu selepas bundaran Cibiru hingga simpang Jatinangor, di sini lalu lintas mobil, sepeda motor dan lainnya berbaur sehingga sangat sulit menjaga kecepatan konstan yang nyaman untuk bersepeda jauh. Jalan yang cukup sepi mulai saya nikmati antara Cicalengka dan Majalaya. Dengan sepeda yang dirakit untuk kegiatan turing, saya bisa mengembangkan kecepatan hingga 25 kilometer per jam. Angin yang berhembus dari depan sejak awal perjalanan tidak begitu mengganggu lagi karena saya bisa memegang stang di bagian bawah untuk mengurangi hambatan angin.

Tiba di Majalaya, waktu menunjukkan pukul 11:45. Terus terang saya masih belum yakin dengan keadaan logistik jalur beberapa kilometer ke depan sehingga saya memutuskan untuk makan siang serta mengisi penuh kedua botol bidon saya di sini.

Tantangan sebenarnya baru dimulai setelah istirahat makan siang tersebut. Jarak yang baru mencapai 50 kilometer membuat saya ragu, apalagi rute yang menanjak menuju Ibun hingga berakhir di PLTP Kamojang mengharuskan saya menanjak setinggi 800 meter. Perbedaan ketinggian kecamatan Majalaya di 700 meter dan Kamojang di 1.500 meter di atas permukaan laut hanya ditempuh dalam jarak kurang dari 10 kilometer.

Beratnya tanjakan, terutama mulai Paseh hingga tanjakan berakhir di Monteng, sebelum pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Kamojang yang berkisar 12% lebih membuat kelelahan mengalahkan semangat untuk tetap mengayuh pedal. Teringat akan masih jauhnya perjalanan, saya memutuskan untuk menuntun sepeda, setidaknya 3 kilometer per jam kecepatan menuntun masih bisa mencicil jarak yang harus ditempuh.

Tapi jurus menuntun itu pun ternyata sulit dilakukan di Tanjakan Monteng. Di beberapa tempat, kemiringan yang mencapai 30% membuat saya seakan mendorong sepeda ke atas tembok, umumnya tanjakan seberat ini hanya ada di medan offroad. Setidaknya di medan offroad, sepatu sepeda masih bisa mendapatkan traksi. Di jalan aspal dengan sedikit pasir di atasnya, beberapa kali sepatu kembali merosot ke bawah.

Perjuangan ini akhirnya selesai saat saya menjumpai tanda-tanda instalasi PLTP Kamojang. Terlihatnya plang kawasan pembangkit listrik yang berada di kawasan konservasi Gunung Guntur ini seakan lunas membayar kesulitan perjalanan yang ditempuh. Pemandangan ke depan yang menampakkan langit biru menggantikan lerengan gunung seakan mengucapkan selamat atas perjuanganku.

Perjalanan dilanjutkan menuju kota Garut. Rencana menengok sentra kerajinan kulit Sukaregang tidak jadi dilakukan karena masalah waktu. Perjalanan dilanjutkan menuju Nagreg, setidaknya tanjakan ini lebih mudah daripada kembali menanjak lewat Samarang, Garut. Jalur mendatar dan sedikit menurun yang mengantarkan perjalanan hingga tanjakan Nagreg saya gunakan untuk mengumpulkan tenaga.

Badan sudah cukup lelah saat jalan layang Nagreg nampak di depan mata. Jam yang hampir menunjukkan pukul 5 sore membuat saya memaksa untuk mengayuh sepeda menembus tanjakan. Target saya untuk menyelesaikan perjalanan sebelum matahari tenggelam gagal sudah.
Sebuah minimarket di Rancaekek menjadi tempat istirahat terakhir saya di perjalanan ini. Jarak ke kota Bandung yang sekitar 25 kilometer lagi membutuhkan mentalitas bersepeda yang lain dari yang diperlukan di perjalanan sebelumnya. Sudah tidak diperlukan lagi tenaga yang besar untuk menanjak dan posisi bersepeda aerodinamis untuk mengurangi terpaan angin.

Lalu lintas kendaraan bermotor pinggiran kota Bandung dipadukan dengan lelahnya badan ini membuat saya harus bisa menjaga momentum untuk bisa pulang. Sedikit menyisakan jarak dengan kendaraan bermotor di depan harus dilakukan sehingga saya tidak harus mengayuh lagi dari awal saat kendaraan bermotor itu berhenti tiba-tiba. Perjalanan berakhir sekitar jam 8 malam, menempuh jarak 150 kilometer dalam sehari.


(Goestarmono, dimuat di Back2boseh Pikiran Rakyat 23 Agustus 2015)

Friday, August 28, 2015

Laos Mendorong Penggunaan Sepeda Dan Tuk-Tuk Listrik

Presiden Haier Asia, Yoshiaki Ito, dan prototipe sepeda listrik di Vientiane
Sepeda motor dan kendaraan roda tiga bertenaga listrik semakin populer di Laos, memanfaatkan sumber listrik yang berlimpah di negara Asia Tenggara itu.

Produsen Cina, Haier, menunjukkan prototipe sepeda motor bertenaga listriknya dalam sebuah acara. Perusahaan itu berencana meluncurkan produknya akhir tahun ini dengan target penjualan 3.000 unit tahun depan. Saat ini, produk tersebut masih dibuat di Jepang, namun mereka berencana membuatnya di Laos.

Negara yang kaya listrik ini menawarkan peluang bisnis yang besar, ungkap Presiden Haier Asia Yoshiaki Ito sambil duduk di atas sepeda listrik berlogo Haier. Perusahaan ini telah mengembangkan kendaraan bersama Kementrian Sains dan Teknologi Laos. Sebuah perusahaan startup Jepang, G-Wheel juga memberikan dukungan teknologi.

Pengisian daya membutuhkan waktu delapan jam untuk menempuh 80 kilometer. Harga saat ini belum ditetapkan, namun Ito mengatakan, Haier mencoba untuk menjaga harganya setara dengan sepeda bertenaga bensin.

Kota wisata di utara Laos, Luang Prabang berusaha sekuat tenaga untuk memperkenalkan kendaraan beroda tiga bertenaga listrik. Kota yang mendapat predikat World Heritage Site oleh PBB ini beralih menggunakan tenaga listrik dari bensin. Kepala kantor transportasi lokal berharap usaha itu dapat mengurangi emisi karbon untuk melindungi situs warisan dunia ini.

Japan International Cooperation Agency telah memberikan 14 tuktuk listrik beroda tiga yang dibuat oleh berbagai perusahaan, termasuk Prozza, yang berbasis di Prefektur Aichi, Jepang. Kendaraan itu akan berjalan dengan trayek tetap untuk mengangkut wisatawan.

Harga listrik di Laos hanya setengah dari Thailand atau Indonesia. Anjlok dalam neraca perdagangan dengan negara lain, Laos berusaha mengurangi impor minyak dan sumber daya lainnya dengan mempromosikan kendaraan listrik untuk mempergunakan sumber energi lokalnya.

(Tamaki Kyozuka)


Dipublikasikan di Nikkei Asia alih bahasa oleh Goestarmono

Friday, August 21, 2015

Formula E, Balap Mobil Ramah Lingkungan

Formula E
Penggemar olahraga bermotor sudah tidak asing dengan nama Alain Prost, Nick Heidfeld, dan Michael Andretti. Selain nama-nama tokoh itu juga, nama perusahaan seperti Renault, Williams, dan McLaren juga sudah tak asing lagi. Nama-nama itu biasanya terlibat dalam balap mobil terutama Formula 1. Ajang jet darat dengan mesin meraung itu telah membesarkan nama mereka.

Tapi ada yang berbeda di musim balap 2014-2015 ini. Di musim yang baru berakhir 28 Juni 2015 lalu, nama-nama itu terlibat dalam kompetisi balap mobil ini jenis baru, Formula E. Berbeda dengan Formula 1, Formula E adalah balapan mobil yang digerakkan dengan listrik. Raungan mesin pembakaran internal digantikan dengan bunyi motor listrik yang lebih senyap. Minimnya kebisingan membuat balapan ini dapat diselenggarakan di kota, dekat dengan pemukiman penduduk.

Saat ini Formula 1 memang sedang mengalami masalah dengan berkurangnya penonton. Jauhnya sirkuit dari kota menjadi salah satu penyebabnya. Selain itu juga kemacetan dan mahalnya harga bahan bakar membuat generasi muda kurang melihat kaitan antara Formula 1 dan kehidupan sehari-hari mereka.

Berbeda dengan Formula 1, kebisingan motor listrik Formula E hanya 80 desibel, sedikit lebih bising dari mobil biasa, dan jauh lebih senyap dari suara mesin Formula 1 yang bisa mencapai 150 desibel. Kebisingan yang rendah ini membuat Formula E bisa diselenggarakan di kota, dekat dengan pemukiman penduduk.

Di musim pertamanya, Formula E menggunakan sirkuit kota di seluruh serinya, dari mulai Beijing, Buenos Aires, Monte Carlo, hingga London. Bahkan negara tetangga, Malaysia mengadakan satu seri di ibukota negara, Putrajaya. Diadakannya lomba di dalam kota menarik warga karena tidak membuang waktu banyak untuk pergi ke sirkuit untuk menonton balapan.

Di musim pertamanya Formula E menggunakan mobil balap yang dibangun oleh Spark. Mobil ini menggunakan sasis yang didesain Dallara, motor listrik McLaren, baterai Williams, transmisi lima percepatan dari Hewland, dan ban dari Michelin. Untuk mengisi daya baterai digunakan generator yang berbahan bakar gliserin. Setelah sukses dengan musim pertamanya, di musim kedua, Formula E membuka peluang tim untuk mengembangkan beberapa komponen sendiri, seperti motor listrik, inverter, girboks, dan sistem pendingin.

Keterlibatan tim balap dengan dana riset raksasa ini tentu mendorong kemajuan teknologi yang dapat digunakan untuk transportasi ramah lingkungan. Saat ini, keterbatasan teknologi, terutama pada baterai masih menghambat penggunaan kendaraan listrik secara massal.

Keterbatasan ini juga dialami mobil Formula E. Keterbatasan baterai membuat pembalap Formula E mengganti mobilnya saat melakukan pit stop. Saat ini teknologi isi ulang baterai masih belum cukup cepat untuk keperluan lomba, sementara untuk melakukan penggantian baterai dengan daya 28 kWh berbahaya jika dilakukan dengan terburu-buru. Penggantian mobil belum tentu berdampak buruk bagi Formula E, beberapa penggemar ternyata menyukai penggantian mobil dalam lomba Formula E.

Isu pemanasan global dan menipisnya cadangan minyak bumi memaksa kita untuk memikirkan opsi lain dari transportasi yang kita gunakan. Formula E dengan dukungan penelitian dan tim yang ikut serta bisa menjadi lokomotif pengembangan hal itu.


(Goestarmono, dimuat di Greeners.co, 6 Juli 2015)

Friday, August 14, 2015

Marzocchi

Komponen peredam guncangan atau suspensi sudah menjadi identitas dari sepeda gunung. Salah satu produsen awal suspensi untuk sepeda adalah Marzocchi. Berbeda dengan pionir suspensi sepeda lain seperti Rockshox, Manitou, atau RST, yang merupakan perusahaan baru, Marzocchi adalah produsen suspensi otomotif yang membuat suspensi sepeda. Ini baru diikuti oleh Fox Suspension di pertengahan dekade 2000-an.

Sejarah Marzocchi dimulai tahun 1949 di via Zannoni, Bologna, Italia. Di tahun itu kakak beradik 
Stefano dan Guglielmo Marzocchi memproduksi suspensi sepeda motor di ruang bawah tanah rumah mereka. Setelah sebelumnya mereka bekerja sebagai desainer sepeda motor, mereka memutuskan untuk mendirikan  Marzocchi dan lebih fokus kepada bisnis pompa hidrolik untuk industri dan suspensi sepeda motor.

Marzocchi STAR, platform pertama Marzocchi
Dalam perjalanannya, Marzocchi menjadi produsen komponen orisinil untuk sepeda motor Ducati, BMW, Cagiva, KTM, dan Aprilia. Selain menjadi produsen komponen orisinil, Marzocchi juga terjun ke dalam dunia kompetisi. Marzocchi adalah suspensi yang digunakan legenda balap motor, Giacomo Agostini. Marzocchi juga suspensi yang banyak digunakan dalam ajang reli Paris-Dakar, selain juga digunakan oleh tim Formula 1 Ferrari di tahun 1980-an.

Kiprah Marzocchi dimulai di awal sejarah penggunaan suspensi sepeda. Di tahun 1989, saat Paul Turner meluncurkan produknya Rockshox RS-1, salah satu distributor Marzocchi memperlihatkan produk tersebut pada Andrea Pierantoni, direktur pemasaran Marzocchi. Tahun itu juga, dengan kemampuan produksi Marzocchi, diluncurkan garpu suspensi pertama, Marzocchi STAR. Garpu tersebut menggunakan pegas angin dan peredam oli.

Marzocchi RAC
Desain STAR tidak bertahan lama dan digantikan dengan seri XC, mulai dari XC51 hingga XC700, masih dengan pegas angin dan peredaman oli, namun dengan bentuk slider yang tirus.
Tahun 1997, Marzocchi meluncurkan seri Bomber. Seri ini menggunakan teknologi suspensi yang biasa digunakan sepeda motor masa itu, dan menjadi dasar garpu suspensi sepeda modern. Teknologi itu adalah penggunaan pegas ulir. Seri ini juga menawarkan jarak main suspensi 100 mm saat suspensi sepeda lain masih berkutat di jarak main suspensi 30-50 mm.

Marzocchi Super Monster, garpu downhill terbesar yang pernah diproduksi massal
Di tahun 2000, Marzocchi membuat garpu suspensi pertama dari bahan serat karbon. Marzocchi RAC dibuat karena keluhan konsumen atas beratnya garpu cross country Marzocchi. Namun harga dari suspensi dengan desain upside down yang terlalu mahal membuat seri ini digantikan seri Marathon yang memulai debutnya di Olimpiade 2000.

Kekuatan Marzocchi adalah dalam disiplin sepeda gunung gravitasi seperti downhill dan freeride. Garpu Marzocchi menempel di sepeda yang digunakan hucker yang banyak melakukan aksinya di awal milenia ini. Salah satu produk mereka, Monster T dengan jarak main 300 mm, lebih tinggi dari yang umum digunakan saat ini yaitu 200 mm.

Suspensi yang kekar itu digunakan untuk melakukan hucking atau terjun bebas dengan ketinggian hingga 18 meter. Pertengahan dekade 2000-an memang puncak dari kekuatan sepeda, berbarengan dengan perpindahan tren sepeda downhill, dari kecepatan menjadi vertical drop, sebelum akhirnya gabungan keduanya seperti yang terlihat sekarang. Untuk keperluan balap downhill, Marzocchi mengandalkan Shiver dan penerusnya, 888.

Marzocchi juga suspensi yang banyak digunakan pesepeda gunung Kanada, mulai dari pembalap cross country seperti Alison Sydor, pemegang medali perak olimpiade, hingga freerider seperti Wade Simmons saat kiblat sepeda gunung mulai bergeser ke sana.

Marzocchi juga tidak pernah membuat kesalahan dengan membuat garpu suspensi dengan pegas karet, kekeliruan yang dilakukan oleh semua pabrikan suspensi sepeda di dekade 1990-an, saat teknologi suspensi sepeda masih mencari bentuknya.


Tahun 2008, Marzocchi diakuisisi Tenneco, produsen suku cadang otomotif yang juga memiliki beberapa merk suspensi seperti Monroe dan Rancho. Kesulitan ekonomi dan kurang optimalnya manajemen membuat Tenneco  saat ini berniat menjual Marzocchi kembali.

(Goestarmono, dimuat di Back2Boseh Pikiran Rakyat, 26 Juli 1025)

Monday, June 22, 2015

Quaxing dan Transportasi Berkelanjutan

Tweet awal tagar #quaxing
Apa yang ada di benak masyarakat jika ditanya tentang pusat perbelanjaan? Umumnya terbayang sebuah bangunan besar dengan banyaknya kios atau stand pedagang. Pendukung kegiatan perbelanjaan itu juga diwarnai dengan transportasi yang boleh dibilang kusut. Pusat perbelanjaan umumnya menjadi pusat kemacetan dan solusi yang dibayangkan oleh pengelolanya atau pengelola transportasi adalah meningkatkan jumlah area parkir untuk kendaraan bermotor untuk memfasilitasi pengunjung.

Quaxing dengan Cargobike
Sebuah tren baru di dunia maya hadir dalam bentuk tagar #quaxing dan sempat menjadi trending topic di media sosial Twitter. Tagar ini umumnya diikuti dengan gambar pelaku transportasi berkelanjutan seperti berkendaraan umum, berjalan kaki, atau bersepeda dengan barang belanjaan dalam jumlah yang cukup banyak. Tagar #quaxing ini dikirim dari berbagai belahan dunia, walaupun kebanyakan berasal dari dunia barat.

Ada apa di balik tagar #quaxing? Tagar itu berasal dari nama anggota dewan pemerintah daerah Auckland, Dick Quax. Awal tahun ini Quax terlibat debat dengan Luke Christensen, seorang perencana transportasi dan desain kota, serta seorang pengguna lainnya, Bryce Pearce.
Saat itu Luke memuji tentang penggunaan panel surya di salah satu mal di pinggiran kota Auckland, dan menyarankan untuk menyambungkan transportasi publik sebagai upaya untuk meningkatkan keramahan lingkungan mal tersebut. Dick Quax menyambut cuitan itu dengan mengatakan berbelanja menggunakan kendaraan umum adalah ide yang aneh. Saat itulah Pearce menyambut dengan mengatakan ia biasa berbelanja mingguan dengan menggunakan sepeda. Membaca cuitan Pearce, Quax menyindirnya dengan mengatakan hal itu bisa menjadi kampanye iklan bir.

Dick Quax
Rupanya Dick Quax masih terjebak dengan pola pikir berbelanja hanya bisa dilakukan dengan mobil. Studi yang dilakukan di Eropa membuktikan sebaliknya. Seandainya ada akses untuk transportasi lain, mayoritas konsumen menggunakan transportasi umum untuk berbelanja. Di Bristol, Inggris dan Graz, Austria ternyata pengusaha terlalu menganggap penting konsumen bermobil sehingga menyediakan tempat parkir mobil yang akhirnya lowong, sementara mayoritas konsumen berbelanja dengan kendaraan umum.

Quaxing dengan kereta api (@urbanexploreAKL)
Memang fakta itu terjadi karena di Eropa dan negara maju umumnya transportasi publik dan desain kota memungkinkan warga kota tidak menggunakan atau bahkan tidak memiliki kendaraan bermotor. Ini diungkapkan James Herbeck, blogger Kanada yang menggunakan kendaraan umum saat bepergian di luar Kanada dan tidak memiliki kendaraan bermotor. Memang untuk bepergian ke luar kota di Selandia Baru ia masih mengalami kesulitan hingga akhirnya menyewa mobil, namun menurutnya untuk warga kota, hal itu bukanlah hal yang sulit dilakukan.

Quaxing (twitter.com)
Tak ayal cuitan Dick Quax itu dibalas netizen Auckland hingga akhirnya bulan lalu sebuah akun Non-Motorist, sebuah akun tentang transportasi Auckland membuat cuitan tentang tagar #quaxing. Di cuitan itu akun tersebut membuat definisi tagar #quaxing adalah “berbelanja di dunia barat dengan berjalan kaki, bersepeda, atau berkendaraan umum”.

Siapa sebenarnya Dick Quax? Ia sebenarnya memiliki latar belakang atletis yang kuat. Anggota tim olimpiade Selandia Baru di Olimpiade Montreal tahun 1976 ini pada akhir karirnya memegang rekor Selandia Baru untuk nomor lari 5.000 meter dan marathon serta sempat memegang rekor dunia untuk 5.000 meter. Ia juga lahir di Belanda, negara dengan rasio pemakaian sepeda tertinggi di dunia. Ia bermigrasi ke Selandia Baru tahun 1950-an dan menjadi warga negara Selandia Baru tahun 1969.

Kontroversi memang mempunyai dua sisi. Perisakan terhadap Dick Quax memang kurang baik dari sisi etika, namun tanpa kontroversi itu sedikitnya suara pelaku transportasi berkelanjutan yang tidak banyak diketahui atau bahkan diabaikan oleh perencana kota dan pelaku usaha akhirnya tersuarakan. Tagar dan kata #quaxing dapat menjelaskan suatu kegiatan berbelanja dengan tranportasi berkelanjutan hingga ditemukan satu kata lain yang lebih cocok, atau kata itu hilang karena mayoritas konsumen berbelanja dengan transportasi berkelanjutan.

Tempat parkir di pusat perbelanjaan
Bagaimana dengan di Indonesia? Gambaran pusat perbelanjaan seperti mal, pasar, ruko, dan lain-lain masih bersinonim dengan kemacetan, kesulitan mencari lahan parkir. Apakah kita dapat beralih menggunakan transportasi berkelanjutan seperti berkendaraan umum, bersepeda, atau untuk jarak dekat berjalan kaki, dan membuktikan pada Dick Quax dan orang yang berpandangan sama bahwa kegiatan sehari-hari dapat dilakukan dengan transportasi berkelanjutan?


(Goestarmono)

Thursday, June 18, 2015

Bradley Wiggins

Bradley Wiggins (Daily Mail)
Hanya ada tiga pembalap sepeda yang mendapat gelar ksatria dari kerajaan Inggris. Salah satu pemegang gelar itu adalah Bradley Wiggins. Ia membuat berita pada 7 Juni dengan memecahkan rekor bersepeda satu jam dengan menempuh jarak 54,526 kilometer.
Bradley Wiggins lahir di Ghent, Belgia 28 April 1980 sebagai anak pembalap Australia Gary Wiggins dan ibu berkebangsaan Inggris, Linda. Ketertarikannya pada sepeda dimulai saat ia menonton Chris Boardman dalam pertandingan Individual Pursuit Olimpiade 1992. Itu membuatnya memulai membalap sepeda dengan mengikuti West London Challenge 92 yang dilangsungkan di jalan yang belum dibuka di London Barat.
masa kecil Bradley Wiggins (Mirror)
Tahun itu juga ia terlibat kecelakaan yang mematahkan tulang selangkanya. Uang kompensasi yang didapatkan Bradley digunakan untuk membeli sepeda balap pertamanya. Ia juga bergabung dengan Archer Cycle Club tempat ayahnya bergabung sebelumnya.
Karir profesionalnya dimulai 2001 dengan bergabung dalam klub Linda McCartney. Setelah klub itu bubar, ia mendapat pendanaan dari lotere nasional dan menjadi bagian tim nasional. Di awal karirnya ia masih berkonsentrasi dalam nomor track selain mengikuti nomor jalan raya. 

Di nomor track ia mendapat medali emas nomor Individual Pursuit dalam Track World Championship 2003 dan Six Day of Ghent bersama Matthew Gilmore. Di nomor jalan raya, ia bergabung dalam tim Linda McCartney (2001), Française de Jeux (2002-2003), dan Credit Agricole (2004-2005).
Pada 2005, ia mulai berkonsentrasi dalam nomor jalan raya dengan mengikuti Giro d’Italia pertama kali bersama Credit Agricole. Tahun berikutnya, ia mengikuti Tour de France pertama kalinya bersama tim Cofidis yang ia bela 2006 hingga 2007. Sempat mengikuti Track World Championship 2007 dengan memenangi nomor Individual dan Team Pursuit. Di balapan jalan raya, Bradley mendapat gelar semangat juang setelah melakukan solo breakaway selama 190 kilometer dalam etape ke 6 Tour de France tahun itu.
Bradley Wiggins (Independent)
Ia kembali berkonsentrasi di nomor track di 2008 untuk memenangi Individual Pursuit dan Team Pursuit Olimpiade Beijing. Ia gagal dalam nomor Madison bersama Mark Cavendish, meskipun dalam Track World Championship memenangi ketiga nomor tersebut. Nama Bradley Wiggins mulai menjadi terkenal setelah ia meraih posisi 4 di Tour de France 2009, dan menjadi posisi ke 3 setelah Lance Armstrong dilepaskan dari gelarnya akibat doping.
Pada 2010, ia bergabung dengan Tim Sky, tim yang digagas British Cycling dalam upayanya mencari calon juara Tour de France dari Inggris. Usaha itu berhasil setelah Bradley Wiggins memenanginya pada 2012 dan Chris Froome pada 2013.
Tahun ini, ia membuat tim yang ia beri nama tim Wiggins. Tim itu masih berstatus Continental dan dibuat untuk mempersiapkan tim Inggris dalam menghadapi Olimpiade 2016. Saat ini 10 pembalap Inggris bergabung dalam tim ini. Ia memecahkan rekor bersepeda dalam satu jam di Lee Valley VeloPark, Inggris 7 Juni 2015.
Ia memanfaatkan ketenarannya untuk hal yang baik. Di antaranya, ia mendirikan Yayasan Bradley Wiggins untuk mempromosikan olahraga dan gaya hidup aktif, salah satunya adalah dengan mensponsori tim balap sepeda wanita Wiggle-Honda.
(Goestarmono, dimuat di Back2boseh Pikiran Rakyat, 21 Juni 2015)

Wednesday, June 17, 2015

Bersepeda Selama Satu Jam

Bradley Wiggins saat memecahkan rekor kecepatan (foto oleh Luca Bettini)
Berapa kilometer kita dapat bersepeda selama satu jam? Tahukah kita bahwa rekor jarak terjauh bersepeda selama satu jam adalah rekor yang paling bergengsi dalam dunia kompetisi sepeda.
Bradley Wiggins, mantan pembalap tim Sky, juara Tour de France 2012, yang juga mendapat gelar ksatria dari kerajaan Inggris sejak tahun 2013, tanggal 7 Juni yang lalu memecahkan “Hour record” dengan bersepeda 54,526 kilometer dalam satu jam di Lee Valley Velopark, London, Inggris.
Henry Desgrange, pemegang Hour Record pertama (foto: Bike Magazine)
Bersepeda selama satu jam melibatkan keseimbangan antara kemampuan ketahanan dan kecepatan pesepeda. Dengan waktu yang menjadi acuan satuan kecepatan yang banyak digunakan, baik metrik (kilometer) atau imperial (mil) membuat hasil yang dicapai mudah dibayangkan oleh semua orang.
Sejarah “Hour record” dimulai dari pembalap sepeda pertama dunia, James Moore dari Inggris yang bersepeda 14 ½ mil dalam satu jam di tahun 1873 dengan sepeda Penny Farthing. Rekor itu tidak diakui karena jarak yang ditempuh hanya berdasarkan perkiraan. Jarak yang terukur lebih baik dilakukan Frank Dodds dari Universitas Cambridge yaitu 26,508 kilometer, 25 Maret 1876. Namun rekor pertama yang diakui dibuat oleh penggagas Tour de France, Henri Desgrange yang bersepeda 35,325 kilometer di Velodrome Buffalo, Paris, 11 Mei 1893. Setelah itu rekor silih berganti dipecahkan termasuk oleh legenda balap sepeda Fausto Coppi dan Jacques Anquetil di awal karir mereka.
Eddy Merckx pemecah Hour Record tahun 1982 (foto oleh: Zdenko Kahlina)
Rekor yang dibuat Eddy Merckx tahun 1972 di Mexico City menjadi tonggak akhir sepeda tradisional digunakan dalam pemecahan “Hour record”. Rekor yang bertahan 12 tahun ini dipecahkan Francesco Moser pada 19 januari 1984 dengan menggunakan sepeda beroda cakram dan pakaian jenis skinsuit. Rekor ini pun bertahan lama, baru 9 tahun kemudian Graeme Obree dari Skotlandia memecahkannya dengan sepeda yang sangat berbeda dari sepeda tradisional. Sepeda yang diberi nama “Old Faithful” ini memposisikan pengendaranya sangat ke depan dengan tangan terlipat serta menggunakan bottom bracket yang diadopsi dari mesin cuci.
Graeme Obree dan Old Faithful (The Telegraph)
Dalam waktu 3 tahun, Obree, juara olimpiade Chris Boardman, serta juara Tour de France Miguel Indurain dan saingannya Tony Rominger saling memecahkan rekor dengan sepeda berteknologi tinggi. Hal ini membuat UCI, organisasi sepeda dunia gerah. Sebuah peraturan dibuat pada tahun 1997 yang memisahkan “Hour record” menjadi dua kategori. UCI Hour record harus dilakukan dengan sepeda tradisional, beroda jari-jari, stang balap drop bar, rangka berlian, dan pengendaranya tidak boleh menggunakan helm time trial. Rekor yang dibuat dengan sepeda canggih, seperti halnya dilakukan sejak pemecahan oleh Francesco Moser tetap diakui sebagai “Best Human Effort”.
Kecanggihan teknologi masa kini membuat “Hour record” menjadi tidak menarik lagi. Sepeda yang terlihat kuno membuat penonton lebih menyukai lomba track lain seperti nomor Pursuit, nomor Time Trial di lomba jenis Tour, atau bahkan sesi sepeda di lomba triathlon. 15 Mei 2014, akhirnya UCI memperbolehkan penggunaan sepeda berteknologi dengan batasan regulasi yang disamakan dengan sepeda nomor track.
Perubahan ini langsung disambut pembalap dunia dengan dukungan pabrikan sepedanya. Dimulai dengan pembalap Jerman, Jens Voigt yang memecahkan rekor dengan sepeda Trek hingga akhirnya minggu lalu sir Bradley Wiggins memecahkan rekor tersebut menggunakan sepeda Pinarello Bolide.
Walau begitu, kecepatan itu belum memecahkan rekor 56,375 kilometer yang dibuat Chris Boardman tahun 1996 yang membuat UCI membuat regulasi “sepeda Eddy Merckx”.
Sepeda recumbent Francesco Russo (Gizmag)
Apakah rekor itu adalah kecepatan tertinggi kendaraan bertenaga manusia? Perlu diingat, UCI hanya meregulasi sepeda dengan konfigurasi tegak. Sepeda jenis lain seperti recumbent dengan posisi pengendara berbaring diregulasi oleh IHPVA (International Human Powered Vehicle Association). Berapa cepat rekor yang pernah dibuat oleh kendaraan bertenaga manusia? Pada 2 Agustus 2011, Francesco Russo mencetak kecepatan 91,556 kilometer per jam di sirkuit oval Dekra di Jerman.
Seberapa cepat kita bersepeda dalam satu jam?
(Goestarmono)









Wednesday, April 29, 2015

Merk Bukan Cuma Sekedar Nama

Seorang pesepeda melempar senyumnya saat tiba di titik kumpul group ride salah satu klub sepeda. Ia baru saja mengganti rangka sepedanya dengan rangka sepeda baru. Salah satu merk ternama menghiasi rangka sepeda tersebut secara menyolok. Namun ada yang berbeda dengan rangka sepeda itu, bentuk dan penempatannya tidak seperti yang terlihat di katalog keluaran pabrikan yang namanya tertulis di rangka. Pesepeda sudah akrab dengan istilah komponen generik.

Fenomena merk generik dalam dunia sepeda memang sudah mulai menurun setelah puncaknya di akhir dekade 2000 hingga awal dekade 2010-an. Sebenarnya sebutan rangka, sepeda, atau komponen generik adalah salah kaprah. Kata generik adalah produk yang dijual (atau dibuat) tanpa merk. Dalam praktiknya sebutan generik digunakan untuk menghaluskan kata tiruan dari produk dimaksud.

Tapi apa salahnya membeli produk tiruan? Berbeda dengan barang mewah seperti tas, arloji, pakaian, dan lain-lain, sepeda adalah kendaraan atau alat olahraga yang sangat sering digunakan mendekati batas kemampuan oleh penggunanya. Sebuah sepeda gunung digunakan untuk melibas lintasan yang kasar, sementara sepeda jalan raya dikendarai dengan kekuatan penuh. Kegagalan dari sepeda atau komponennya dapat berakibat fatal, bahkan hingga kematian.

Sebuah merk sebenarnya adalah lambang dari kerja sama tim yang saling mendukung suatu merk. Dari mulai desain, produksi, distribusi, hingga purna jual, membeli produk suatu merk berarti membeli dukungan dari sistem, kinerja karyawan , hingga pemikiran kreatif di balik suatu merk. Semua itu didasari atas keinginan untuk memuaskan konsumen. Konsumen yang puas akan percaya dan membeli lagi merk yang sama, bahkan menjadi konsumen fanatik dari suatu merk. Sebagai contoh, merk yang kecil pada masa awal pertumbuhannya dengan produk yang berkualitas, seiring dengan waktu akan mempunyai basis konsumen yang kuat dan dianggap sebagai merk ternama.

Lalu bagaimana dengan pembuat produk tiruan? Jelas hal-hal seperti disebutkan di atas tidak berlaku. Dengan mendompleng merk ternama para peniru tentu sulit untuk diminta pertanggung jawaban atas dukungan jika terjadi sesuatu, atau bahkan untuk membeli suku cadang produk mereka. Demikian pula dengan pengembangan produk, yang terjadi adalah peniruan bentuk fisik semata. Apakah peniruan merk ini semata akibat faktor ekonomi? Mungkin iya, banyak konsumen yang mencari sepeda dengan anggaran terbatas membeli produk ODM yang diberi merk ternama oleh importir kecil yang tidak mau repot membangun merk.

Kasus yang lebih fatal justru terjadi di tingkat harga yang lebih tinggi. Pabrikan besar seperti Specialized dan Pinarello giat membasmi pembajakan atas produknya. Tahun 2012 Andrew Love, bagian legal Specialized berhasil menggagalkan penjualan produk Specialized tiruan senilai $5,2 juta bekerjasama dengan bea cukai Amerika Serikat.

Produk yang ditiru adalah produk paling mahal dari merk ternama. Bentuk yang khas dari rangka serat karbon memang mudah ditiru, namun kekuatan yang diharapkan dari produk asli tentu saja tidak didapatkan dari produk tiruannya. Beberapa produk yang banyak tiruannya adalah Specialized Venge dan Pinarello Dogma. Cukup banyaknya produk tiruan tersebut sehingga ada anekdot “Chinarello” untuk tiruan Pinarello dari negeri Tiongkok.

Salah satu perhatian utama dari isu ini adalah keselamatan. Banyak kejadian produk palsu tersebut gagal hingga berakibat fatal. Kejadian patahnya rangka atau roda dari serat karbon saat digunakan tidak jarang terdengar. Andrew Love bahkan menyebutkan sepeda tiruan yang didapatnya hancur saat diuji dengan protocol kontrol kualitas yang biasa digunakan untuk produk aslinya.

Membeli produk asli berarti kita turut mendukung industri yang sehat, kreatif, pro konsumen, dan bertanggung jawab. Tidak masalah pabrikan tersebut besar atau kecil, lokal atau luar negeri, karena merk adalah lambang kerja keras karyawan pemegang merk tersebut dan dukungan kepada konsumen, yaitu pesepeda itu sendiri.
(Goestarmono)

Merk dan Manufaktur

·         Rebranding: Pabrik mempunyai model tertentu (ODM/Original Design Manufacturer) yang bisa dilabeli dengan merk yang diinginkan
·         Kontrak produksi: Pemegang merk mendesain produk yang kemudian diproduksi oleh pabrik terpisah
·         Manufaktur penuh: Pemegang merk juga memiliki pabrik yang memproduksi produknya