Friday, September 11, 2015

Transcontinental Bike Race

Apa jadinya jika kegiatan turing sepeda disandingkan dengan kegiatan kompetisi? Boleh disebut event tersebut menjadi kompetisi balap sepeda ultra marathon.

Tahapan yang membagi balap sepeda jenis Tour membuat para pembalap bisa beristirahat bersama-sama setelah lomba selesai di masing-masing harinya. Dalam lomba ultra marathon perhitungan waktu tidak berhenti sejak lomba dimulai hingga peserta mencapai garis finish. Balap ultra marathon pun tidak menutup jalan sehingga lebih mirip dengan keadaan yang dihadapi pesepeda sehari-hari.

Salah satu event ultra marathon yang terkenal adalah RAAM (Race across America), yang telah berlangsung melintasi benua Amerika sejak tahun 1982. Namun esensi bersepeda mandiri agak berkurang karena peserta RAAM diharuskan menggunakan mobil pendukung (support car) yang mengikuti mereka untuk menyediakan fasilitas logistik dan akomodasi pesepeda.

Semangat petualangan yang kurang terakomodasi itulah yang membuat Mike Hall menyelenggarakan balapan menyeberangi benuanya sendiri. Setelah ia memecahkan rekor keliling dunia dalam waktu 91 hari di tahun 2012, ia menyelenggarakan Transcontinental Bike Race, balap sepeda melintasi benua Eropa di tahun berikutnya. Untuk tahun 2015, Transcontinental Bike Race terselenggara untuk ketiga kalinya.

Berbeda dengan RAAM, Transcontinental Bike Race tidak mempunyai rute baku, hanya ada check point yang harus dilewati peserta. Untuk tahun 2015, setelah start yang dilakukan di Muur van Geraardbergen, Belgia tanggal 24 Juli, peserta diberi waktu 15 hari untuk melewati Gunung Ventoux (Perancis), Strada dell’Assietta (perbatasan Italia-Perancis), Vukovar (Kroasia), dan Gunung Lovcen (Montenegro) sebelum finish di Bosphorus, Turki.

Perbedaan lain dari RAAM adalah tidak diperbolehkannya penggunaan mobil pendukung, seluruh peserta hanya boleh menggunakan apa yang dibawa dan yang bisa dibeli di perjalanan. Mike Hall menginginkan Transcontinental Bike Race dimenangkan oleh peserta yang siap bertualang, dengan perjalanan yang bisa dilakukan oleh pesepeda pada umumnya. Event ini juga jadi ujian ketahanan peralatan sepeda selain atletnya.

Atas dasar itu Mike Hall menempatkan checkpoint di Strada dell’Assietta yang mengharuskan pembalap melalui jalan berkerikil sepanjang 40 kilometer. Ia juga mengalihkan pembalap dari jalur pantai Kroasia menuju jalanan terpencil di Balkan dengan menempatkan checkpoint 3 di Vukovar, Kroasia. Mike Hall tidak membatasi jenis sepeda yang digunakan, namun pemilihan checkpoint yang ia buat akhirnya mempengaruhi sepeda yang digunakan peserta. Sepeda ultra ringan yang biasa digunakan pembalap jenis tour ditinggalkan peserta untuk sepeda yang lebih kuat dan bisa membawa barang bawaan.

Untuk tahun ini, juara bertahan dua kali Kristof Allegeart tidak turut serta. Kemenangan diraih runner up tahun lalu Josh Ibbett dengan menempuh jarak 4.239 kilometer dalam 9 hari 23 jam dan 54 menit. Kompetisi yang didominasi oleh Kristof ini membuat Mike Hall berencana membuat pelatihan turing, terutama dari aspek keteraturan dan efisiensi waktu bagi calon peserta Transcontinental selanjutnya. Keteraturan dan efisiensi waktu memang dianggap menjadi kunci kemenangan Kristof Allegeart dalam memenangi Transcontinental Bike Race.


(Goestarmono)

No comments:

Post a Comment