Wednesday, April 29, 2015

Merk Bukan Cuma Sekedar Nama

Seorang pesepeda melempar senyumnya saat tiba di titik kumpul group ride salah satu klub sepeda. Ia baru saja mengganti rangka sepedanya dengan rangka sepeda baru. Salah satu merk ternama menghiasi rangka sepeda tersebut secara menyolok. Namun ada yang berbeda dengan rangka sepeda itu, bentuk dan penempatannya tidak seperti yang terlihat di katalog keluaran pabrikan yang namanya tertulis di rangka. Pesepeda sudah akrab dengan istilah komponen generik.

Fenomena merk generik dalam dunia sepeda memang sudah mulai menurun setelah puncaknya di akhir dekade 2000 hingga awal dekade 2010-an. Sebenarnya sebutan rangka, sepeda, atau komponen generik adalah salah kaprah. Kata generik adalah produk yang dijual (atau dibuat) tanpa merk. Dalam praktiknya sebutan generik digunakan untuk menghaluskan kata tiruan dari produk dimaksud.

Tapi apa salahnya membeli produk tiruan? Berbeda dengan barang mewah seperti tas, arloji, pakaian, dan lain-lain, sepeda adalah kendaraan atau alat olahraga yang sangat sering digunakan mendekati batas kemampuan oleh penggunanya. Sebuah sepeda gunung digunakan untuk melibas lintasan yang kasar, sementara sepeda jalan raya dikendarai dengan kekuatan penuh. Kegagalan dari sepeda atau komponennya dapat berakibat fatal, bahkan hingga kematian.

Sebuah merk sebenarnya adalah lambang dari kerja sama tim yang saling mendukung suatu merk. Dari mulai desain, produksi, distribusi, hingga purna jual, membeli produk suatu merk berarti membeli dukungan dari sistem, kinerja karyawan , hingga pemikiran kreatif di balik suatu merk. Semua itu didasari atas keinginan untuk memuaskan konsumen. Konsumen yang puas akan percaya dan membeli lagi merk yang sama, bahkan menjadi konsumen fanatik dari suatu merk. Sebagai contoh, merk yang kecil pada masa awal pertumbuhannya dengan produk yang berkualitas, seiring dengan waktu akan mempunyai basis konsumen yang kuat dan dianggap sebagai merk ternama.

Lalu bagaimana dengan pembuat produk tiruan? Jelas hal-hal seperti disebutkan di atas tidak berlaku. Dengan mendompleng merk ternama para peniru tentu sulit untuk diminta pertanggung jawaban atas dukungan jika terjadi sesuatu, atau bahkan untuk membeli suku cadang produk mereka. Demikian pula dengan pengembangan produk, yang terjadi adalah peniruan bentuk fisik semata. Apakah peniruan merk ini semata akibat faktor ekonomi? Mungkin iya, banyak konsumen yang mencari sepeda dengan anggaran terbatas membeli produk ODM yang diberi merk ternama oleh importir kecil yang tidak mau repot membangun merk.

Kasus yang lebih fatal justru terjadi di tingkat harga yang lebih tinggi. Pabrikan besar seperti Specialized dan Pinarello giat membasmi pembajakan atas produknya. Tahun 2012 Andrew Love, bagian legal Specialized berhasil menggagalkan penjualan produk Specialized tiruan senilai $5,2 juta bekerjasama dengan bea cukai Amerika Serikat.

Produk yang ditiru adalah produk paling mahal dari merk ternama. Bentuk yang khas dari rangka serat karbon memang mudah ditiru, namun kekuatan yang diharapkan dari produk asli tentu saja tidak didapatkan dari produk tiruannya. Beberapa produk yang banyak tiruannya adalah Specialized Venge dan Pinarello Dogma. Cukup banyaknya produk tiruan tersebut sehingga ada anekdot “Chinarello” untuk tiruan Pinarello dari negeri Tiongkok.

Salah satu perhatian utama dari isu ini adalah keselamatan. Banyak kejadian produk palsu tersebut gagal hingga berakibat fatal. Kejadian patahnya rangka atau roda dari serat karbon saat digunakan tidak jarang terdengar. Andrew Love bahkan menyebutkan sepeda tiruan yang didapatnya hancur saat diuji dengan protocol kontrol kualitas yang biasa digunakan untuk produk aslinya.

Membeli produk asli berarti kita turut mendukung industri yang sehat, kreatif, pro konsumen, dan bertanggung jawab. Tidak masalah pabrikan tersebut besar atau kecil, lokal atau luar negeri, karena merk adalah lambang kerja keras karyawan pemegang merk tersebut dan dukungan kepada konsumen, yaitu pesepeda itu sendiri.
(Goestarmono)

Merk dan Manufaktur

·         Rebranding: Pabrik mempunyai model tertentu (ODM/Original Design Manufacturer) yang bisa dilabeli dengan merk yang diinginkan
·         Kontrak produksi: Pemegang merk mendesain produk yang kemudian diproduksi oleh pabrik terpisah
·         Manufaktur penuh: Pemegang merk juga memiliki pabrik yang memproduksi produknya












Tuesday, April 21, 2015

Sepeda dan April Mop

Awal April adalah salah satu hari yang menarik. Berawal dari abad pertengahan, di budaya barat pada hari itu orang dianggap boleh membuat lelucon kepada orang lain.
Demikian pula di dunia sepeda. Beberapa pabrikan membuat lelucon seakan-akan meluncurkan produk, jasa, atau berita baru. Mengingat hari kabar tersebut diluncurkan, banyak yang maklum akan lelucon itu, namun banyak pula yang tertipu dan menganggap berita itu serius.
Berada paling awal di garis tanggal membuat Specialized meminjam akun distributornya di Australia untuk meluncurkan S-Works Selfie Stem (S4). Komponen dengan berat 149 gram ini adalah kamera swafoto yang terintegrasi dengan stem sepeda. Dijejali berbagai fitur canggih seperti bahan serat karbon, penstabil gambar dengan teknologi Zerts seperti rangka dan garpu Specialized, serta tombol Sprinter Selfie yang memungkinkan pesepeda mengambil gambar dari posisi lain di stang membuat pesepeda dapat tetap eksis di dunia maya.

Beragamnya standar komponen sepeda membuat pabrikan Hope meluncurkan hub yang dilabeli Barometric Uni Laterally Structured Horizontally Internal Tube (B.U.L.L.S.H.I.T). Hub ini menggunakan teknologi tabung helium untuk mengubah jarak jejak hub untuk mengakomodir standar dropout sepeda dari 130 hingga 200 milimeter.
Tren ukuran roda pun dijadikan lelucon oleh beberapa produsen. WTB yang sebelumnya mempromosikan ukuran plus size untuk mendapatkan keunggulan fat bike tanpa memerlukan rangka dan roda khusus membuat ukuran minus size. Jika plus size menggunakan ban ukuran 3 inci di ban berukuran 27.5” di rangka sepeda 29”, maka minus size menggunakan ban lebih kecil di roda lebih besar. Praktek ini sebenarnya sudah sering dilakukan pesepeda untuk mendapatkan kenyamanan dan kecepatan di jalan raya sejak penggunaan rem cakram marak di sepeda.
Lelucon tentang ban juga dilakukan toko online, Wiggle, dan produsen ban, Vittoria. Wiggle menawarkan ban untuk latihan berkendara di medan kerikil. Tren penggunaan sepeda balap di medan kerikil menginspirasi Wiggle untuk membuat lelucon ini, sementara Vittoria menawarkan ban fat bike dengan permukaan halus atau slick untuk penggunaan jalan raya.
Tas untuk membawa sepeda hingga saat yang dirasa masih cukup mahal mendasari Scicon, produsen pembuat tas sepeda, membuat tas sepeda dengan bahan kardus menggantikan plastik yang biasa mereka gunakan. Sementara untuk pesepeda yang tidak sempat bersepeda, Muc-off, produsen pembersih sepeda membuat Muc-on Fast Action Bike Dirt. Produk ini adalah lumpur yang tinggal disemprotkan seakan-akan sepeda baru digunakan di medan off-road. Silca merasakan repotnya membawa bawaan pesepeda dan membuat drone yang akan terbang mengikuti pesepeda dan membawa bawaan pesepeda.
Masih banyak lelucon lain dari perusahaan sepeda. Di antaranya adalah jasa unicycle sharing dari Citibike, operator bike sharing di New York, Backward Geometry dari Drover Cycles, parfum baru dari Trek, buku “The Great Road Climbs of the Netherlands” dari Rapha, dan Lance Armstrong menggantikan Bjarne Riis sebagai manajer Tinkoff-Saxo.
Bagaimana dengan di Indonesia? Memang tidak ada berita tentang pabrikan sepeda membuat lelucon di hari itu. Lagipula April Mop bukan (atau belum menjadi) budaya yang umum di Indonesia. Namun lelucon dari pabrikan besar itu bisa menjadi otokritik terhadap pelaku persepedaan seperti kebiasaan swafoto dan standar komponen sepeda yang sering berganti.
(Goestarmono)

Tuesday, April 7, 2015

Pengalaman Lain Menyusuri Citarum

Air adalah sumber kehidupan. Tiada kehidupan yang dapat berlangsung tanpa air. Mulai dari kebutuhan dasar seperti makan dan minum hingga kebutuhan modern seperti industri membutuhkan air.

Itu pula yang dipotret pesepeda saat mengikuti sepeda sehat dalam rangka ulang tahun TVRI Jawa Barat tanggal 15 Maret 2015 yang lalu. Acara sepeda sehat tersebut menyusuri Sungai Citarum dengan start di Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat dan finis di TVRI Jawa Barat.

Perjalanan dimulai dengan jalan aspal dari Polda Jawa Barat hingga Desa Sapan. Pemandangan perumahan padat penduduk seketika berganti menjadi pemandangan lain. Pesawahan dan perumahan dengan gaya pedesaan menjadi gradasi antara pemandangan perumahan kota dan daerah industri dengan pemandangan tepi Sungai Citarum.

Bersepeda di tepi sungai Citarum memang menyajikan pengalaman bersepeda yang lain. Jangan berharap wisata susur sungai Citarum menyediakan fasilitas wisata sungai seperti di luar negeri dengan bangku taman, tempat sampah yang memadai, atau bahkan sekedar jalan yang mulus.
Dengan bersepeda menyusuri sungai Citarum kita dapat melihat kehidupan warga Bandung. Di Desa Sapan dengan air sungai yang relatif belum begitu tercemar, ada pengrajin batu bata yang memanfaatkan endapan sungai. Endapan sedimen dari hulu sungai menjadi berkah bagi sebagian orang di sana.

Semakin dekat dengan Bojong Soang pemandangan mulai berganti dengan banyaknya perumahan menghiasi sisi sungai Citarum. Sampah mengisi sungai Citarum seakan menjadi cermin dari ketidakpedulian warga kota akan sungai yang menjadi sumber kehidupan. Mungkin sampah juga yang menjadi sebab banjir yang selalu menjadi masalah bagi warga Bandung.

Banjir pula yang menyebabkan peserta tidak jadi melalui jalan Manggahang seperti yang direncanakan. Pada saat perjalanan dilakukan, Jalan Manggahang terendam banjir sehingga tidak dapat dilalui. Peserta memutar melalui jalan raya Dayeuhkolot, meninggalkan sejenak Sungai Citarum.

Peserta kembali menyusuri Citarum setelah berbelok di Pusat Penelitian Kertas dan Pulp di Jalan Mohammad Toha. Setelah mencicipi jalan yang rusak di beberapa ratus meter awal, jalan yang dilalui kemudian cukup mulus dengan permukaan beton di Parung Halang. Peserta menikmati pemandangan sungai Citarum dengan cukup mudah hingga mendekati Jalan Ketapang. Jembatan gantung, yang keempat dan terakhir kali dilalui di perjalanan ini menghindarkan peserta dari padatnya pasar Rancamanyar melalui Seketi. Perjalanan susur Citarum berakhir di ujung jalan tersebut dan melalui Jalan Bojong Sayang.

Peserta melanjutkan perjalanan ke TVRI Jawa Barat yang sedang berulang tahun ke 28 dan menyaksikan lomba XC Cross yang juga diikuti oleh tim nasional sepeda gunung.
Tanggal 22 Maret juga diperingati sebagai Hari Air Sedunia dengan tema Air untuk Pembangunan Berkelanjutan. Kegiatan Sepeda Sehat dalam rangka ulang tahun TVRI Jawa Barat memotret Sungai Citarum dengan kondisinya. Apakah sungai Citarum dapat berperan dalam pembangunan berkelanjutan warga Bandung?


(Goestarmono, dimuat di Back2boseh Pikiran Rakyat, 29 Maret 2015)