Monday, May 19, 2014

Pebalap Indonesia di Seri World Cup Downhill

Popo & Fitriyanti Riyanti (Patrol Mountain FJC Team)
Tidak banyak pebalap Indonesia yang pernah mengecap ketatnya persaingan di seri World Cup sepeda gunung. Di tahun 2014 ini, tim Patrol Mountain FJC berkonsentrasi mengikuti pertandingan di luar negeri, termasuk seri World Cup di Cairns, Australia, 24-27 April 2014 yang lalu. Manajer tim Andre Palmer, menceritakan kepada Back2boseh tentang pengalaman tim di antara pebalap profesional yang sudah malang melintang di ajang kelas dunia.
Di seri kedua World Cup tersebut, Patrol Mountain FJC menurunkan sepasang pebalap, Popo Ario Sejati, peraih medali emas downhill putra SEA Games 2011 di Jakarta, serta Fitriyanti Riyanti, yang sering dipanggil Cibenk, peraih medali perak downhill putri SEA Games 2011. Selain di ajang SEA Games, mereka sudah meraih juara seri nasional sebanyak empat kali di masing-masing kategori.
Fitriyanti Riyanti
Perjalanan tim dimulai saat meninggalkan Jakarta tanggal 20 April dan tiba di Cairns esok siangnya dalam cuaca cerah dan suhu sekitar 24 derajat Celsius. Karena di ajang seri dunia pebalap tidak boleh mencoba lintasan, pebalap tuan rumah yang tergabung di pabrikan Indonesia, Tracey Hannah menunjukkan lintasan downhill lain, Kuranda, yang berada dekat lintasan lomba. Lintasan tersebut rupanya juga digunakan pebalap lain untuk berlatih dan beradaptasi sebelum rangkaian lomba dimulai pada hari Kamis.
Selasa itu, Popo melakukan 8 kali latihan, dan puas dengan sepeda dan setting yang digunakan. Namun tidak begitu dengan Cibenk, ia terlihat memegang pergelangan tangannya. Pemeriksaan dokter dilakukan dan terdapat kemungkinan retakan di tulang schapoid, tulang terkecil di pergelangan tangan, dan berada di belakang jempol. Dokter merekomendasikan telapak tangan Cibenk untuk digips. Masih ada harapan Cibenk dapat ikut serta di lomba hari Sabtu nanti.
Sesi Trackwalk

Keesokan harinya pebalap diperbolehkan melakukan trackwalk. Di sesi ini pebalap diperbolehkan melihat lintasan dengan berjalan kaki. Pengalaman saat bertanding di Val di Sole, Italia membuat tim masuk ke lintasan di kesempatan pertama pada pagi hari, menghindari banyaknya pebalap yang juga akan mengecek keadaan lintasan.
Lintasan lomba dimulai dengan beberapa tikungan switchback, atau tikungan patah, diikuti dengan turunan curam dengan sudut masuk yang sulit. Setelah itu pebalap menghadapi bagian yang cukup cepat hingga pebalap tuan rumah Chris Kovarik bisa mencapai kecepatan 74 kilometer per jam. Bagian ini ditutup dengan sebuah rock garden. Tim mengambil foto untuk mempelajari lintasan lebih baik lagi di hotel.
Cibenk mendapat perawatan
Tibalah saat sesi latihan. Pebalap di kelas junior, putri, dan pebalap dengan ranking di atas 100 dimasukkan dalam grup B, terpisah dari pebalap putra unggulan. Saat sesi latihan untuk grup ini, pebalap sepeda menyelesaikan lintasan dalam kondisi penuh lumpur walau bagian bawah lintasan masih kering. Sulitnya lintasan menyebabkan tidak ada pebalap di grup ini yang menyelesaikan lintasan tanpa terjatuh. Gips di tangan Cibenk pun dibuka. Namun setelah mencoba sepedanya, manajer tim, Andre Palmer memutuskan Cibenk untuk tidak jadi bertanding sebagai pencegahan bertambah parahnya cedera. Walau sesi latihan berlangsung dalam kondisi basah, Popo memutuskan untuk tetap menggunakan ban kering yang memiliki traksi lebih baik di lintasan akar dan batu.

Hari Kamis diselenggarakan babak kualifikasi. Popo harus masuk ke dalam peringkat 80 besar untuk ikut bertanding di babak final yang akan diselenggarakan hari Sabtu. Satu kali latihan sebelum kualifikasi, Popo menemukan lintasan yang semakin sulit karena jalur air yang semakin dalam, dan tebalnya lumpur setelah rock garden.
Popo

Dalam seri dunia terdapat layar besar yang menampilkan catatan waktu masing-masing pebalap. Popo berhasil masuk ke peringkat 59 di split pertama, cukup untuk ikut bertanding di babak final. Namun nomor 86 milik Popo tidak terpampang di layar pada hasil split ke dua, bahkan hingga peserta nomor 87 menyentuh garis finish. Masalah mekanis yang dialaminya di rhythm section membuat Popo harus melepas targetnya ikut berlaga di babak final.
Lomba pun akhirnya dimenangkan kakak beradik George dan Rachel Atherton dari Inggris.
 (Goestarmono)


















No comments:

Post a Comment